Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Atmosfer Sepak Bola di Daerah yang Mendadak Masuk Lingkaran Liga 1

Diperbarui: 1 Juli 2019   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badak Lampung (goal.com)

Sewaktu Bali United bertandang ke markas Badak Lampung, Minggu (30/6/2019), mungkin bukan sekadar basa basi bila pelatih Bali United, Stefano Cugurra, memuji atmosfer sepak bola Lampung.

Hal itu berkaitan dengan penuhnya Stadion Sumpah Pemuda Bandar Lampung dan tiket pertandingan yang terjual habis. Menurut Stefano, baik tim tamu, apalagi tim tuan rumah, akan bersemangat bila mereka bermain di depan penonton yang membludak.

Semangat tinggi pemain Bali United memang terbukti dan berhasil memenangkan laga dengan skor telak 3-0. Dengan demikian Bali United tetap mempertahankan posisinya sebagai pemuncak klasemen sementara.

Bagi yang belum ter-up date dengan Liga 1 tahun ini, jangan heran kenapa Lampung mendadak punya klub yang berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola tanah air, pada hal tahun lalu di Liga 2 pun klub asal Lampung tak terdengar kiprahnya.

Ada pengusaha Lampung yang mampu mengakuisisi klub Perseru  Serui dari Papua yang sedang dihantam masalah keuangan. Maka "sim salabim", penggila bola Lampung pun bak dapat durian runtuh.

Tapi karena baru saja berpindah kepemilikan, ada media yang masih menulis nama klubnya "Perseru Badak Lampung". Banyak pula yang menghilangkan tulisan Perseru-nya, cukup disebut Badak Lampung saja.

Tapi memang begitulah di manapun di Indonesia. Bila ada klub di daerah tersebut yang berkompetisi di Liga 1, bisa dipastikan para penonton akan melimpah saat klub kesayangannya main di markasnya sendiri. 

Untuk Lampung, sekitar 20 tahun lalu, sudah punya pengalaman menggelar laga di Divisi Utama, setara Liga 1 saat ini, karena diikuti oleh PSBL Bandar Lampung. Jadi kalau sekarang ada Badak Lampung, mungkin basisnya masih suporter PSBL.

Pulau Bali pun dulu pernah punya Gelora Dewata juga sekitar 20 tahun lalu yang berkiprah di Divisi Utama. Maka saat ujuk-ujuk muncul Bali United yang juga hasil akuisisi, tentu tak sulit mengumpulkan suporter.

Bahkan Pulau Madura saja yang tak punya sejarah sepak bola di kasta tertinggi di masa lalu, begitu mendadak punya Madura United (lagi-lagi hasil akuisisi), juga langsung membentuk kelompok suporter fanatiknya.

Maka pujian Stefano sebetulnya berlaku umum karena di manapun di tanah air, pendukung sepak bolanya tidaklah kurang. Yang kurang adalah modal para pengusaha daerah yang gila bola, sehingga ada daerah penyuplai pemain di berbagai klub Liga 1 tapi masih mimpi buat punya klub elit, seperti yang dialami Maluku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline