Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Memberhentikan Sopir Tua, Harus Tega

Diperbarui: 8 Mei 2019   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sopir pribadi, tak ada kaitan dengan sosok di artikel ini (dok. jatimnow.com)

Memberhentikan yang dimaksud pada judul di atas adalah kalimat halus dari memecat, dalam hal ini yang dipecat adalah sopir pribadi yang berusia tua, meskipun pada umur berapa seseorang disebut tua, bisa diperdebatkan.

Maka saya juga tidak akan menetapkan batasan umur dalam angka, tapi lebih memperhatikan fungsi panca indra seseorang. Artinya, bila seorang sopir pribadi sudah mulai kurang awas penglihatannya, pendengarannya, atau sudah pelupa, itu dianggap sudah tua.

Berbeda dengan sopir dinas di instansi pemerintah atau perusahaan swasta, jelas sudah ada batasan umur maksimal yang membolehkan si sopir bekerja. Lewat umur yang telah diatur tersebut, mau tak mau si sopir harus dipensiunkan. 

Kenapa saya tergerak menulis hal ini, karena pengalaman saudara sepupu saya, katakan saja namanya Andi, yang sudah kebelet mau memperhentikan Pak Umar, sopir pribadinya, namun susah sekali, karena tidak tega.

Sebetulnya Si Andi tidak butuh sopir, karena ia sering pergi bekerja naik kendaraan umum. Mobil pribadinya lebih sering dipakai di akhir pekan saja. Sesekali ia pergi keluar kota bersama keluarga, dan selalu ada saja anggota keluarga atau kerabat yang bersedia bergantian menyetir mobil.

Namun suatu kali Pak Umar yang merupakan jamaah masjid tempat Andi sering salat magrib, isya dan subuh, datang bertamu. Saat itu sekitar tahun 20013, usia Pak Umar sudah 58 tahun.

Tanpa basa basi Pak Umar langsung mengemukakan niatnya meminjam uang buat kebutuhan sekolah tiga orang anaknya. Ia memang telat menikah, dan istrinya jauh lebih muda, sehingga pada usia sedemikian, anaknya masih ada yang duduk di bangku SD.

Kebetulan Andi lagi punya uang, diberikanlah uang yang cukup untuk membeli pakaian seragam, buku, dan kebutuhan sekolah lain. Waktu itu bertepatan dengan akan dimulainya tahun ajaran baru.

Pas mau pamit, Pak Umar bertanya, kenapa mobil Andi yang lagi diparkir di halaman rumah, sering dibiarkan menganggur. Kemudian Pak Umar bercerita bahwa sekarang ia lagi menganggur, namun sebelumnya lama menjadi sopir di sebuah perusahaaan minuman. 

Pak Umar berpesan, bila suatu waktu Andi butuh sopir pribadi, tolong pakai dia saja. Nah, sekitar dua atau tiga bulan kemudian, setelah Pak Umar beberapa kali minta bantuan uang ke Andi, barulah Andi berniat menjadikan Pak Umar sebagai sopir pribadi.

Tentu maksud Andi agar Pak Umar tidak sering minta bantuan lagi karena ada upah buat jerih payahnya sebagai sopir. Kebetulan putri bungsu Andi, sudah masuk SMP yang lebih aman diantar jemput oleh seorang sopir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline