Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

"Samba Lado Tanak, Sabana Lamak"

Diperbarui: 4 Mei 2019   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samba lado tanak (dok. cookpad.com)

Judul di atas sengaja saya tulis dalam bahasa Minang. Samba lado tanak (biar praktis, selanjutnya saya tulis SLT) adalah salah satu sambal khas Minang, sedangkan sabana lamak artinya sungguh enak. Ya, bagi saya SLT buatan ibu saya, memberikan sensasi yang luar biasa nikmat di lidah.

Tapi sebelum membahas tentang SLT, saya ingin ngalor ngidul dulu. Soalnya sering ada salah pengertian kalau orang Minang menjamu makan orang bukan Minang. 

Sebagai tuan rumah, si orang Minang lazim berbasa basi dengan mengucapkan: "tambahlah sambanyo". Tapi si tamu yang belum mengerti bahasa Minang namun tidak bertanya apa maksudnya, akan menambah sambal ke piringnya, karena menebak arti dari sambanyo adalah sambalnya.

Padahal tuan rumah  beberapa kali mengucapkan basa basi yang sama dan si tamu lagi-lagi menambahkan sambal ke piringnya. Mau ngambil ayam goreng, rendang, atau dendeng balado, takut dianggap tidak sopan, karena tidak ditawarkan tuan rumah. Mungkin saja dalam hati si tamu mengatakan, kok tuan rumah pelit banget?

Makanya perlu dijelaskan, kalau orang Minang mengatakan samba, itu artinya lauk, apo sambanyo bukan berarti apa sambalnya, tapi apa lauknya, seperti gulai ayam, rendang, asam pedas ikan, dan sebagainya. Sedangkan sambal yang merupakan makanan pelengkap setelah ada nasi dan lauk, yang diolah dari cabe, oleh urang awak disebut sebagai samba lado.

Selain itu, ada lagi anggapan bahwa orang Minang itu pasti kuat makan sambal, padahal ini tidak selalu benar. Bahwa sambal wajib ada pada masakan Minang, betul adanya, tapi hanya sebatas sambal dari cabe merah keriting atau cabe hijau keriting utuk lado mudo

Makanya ada jenis dendeng balado, telur balado, tempe balado, keripik balado, dan sebagainya.  Artinya dendeng, telur, tempe, dan keripik  itu tadi dilumuri cabe goreng berwarna merah. Lagi pula boleh dikatakan semua gulai di masakan Padang, mengandung cabe. Apalagi yang jenisnya kaliyo dan rendang. 

Tapi sebetulnya, mungkin karena belum biasa, banyak pula orang Minang yang tak kuat memakan sambal dari daerah lain, seperti sambal matah versi Bali, sambal Dabu-dabu dari Manado, atau sambal khas Lombok.  

Saya bahkan iri melihat teman-teman dari Jawa yang enak saja makan gorengan dengan beberapa potong cabe rawit, sesuatu yang bagi banyak orang Minang, termasuk saya, tidak kuat melakukannya. 

Nah, sekarang baru menginjak SLT. Sejak saya kecil, saya telah mengenal SLT karena ibu saya biasa memasaknya, terutama pada bulan puasa. Soalnya, saat makan sahur, baru terbit selera kalau lidah sudah menyentuh SLT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline