Saya masih belum menamatkan sebuah buku setebal 568+xxxviii halaman berjudul "Urip iku Urub, Untaian Persembahan 70 Tahun Profesor Peter Carey", yang diterbitkan Kompas Media Nusantara.
Buku tersebut berisi sejumlah tulisan dari banyak tokoh yang mengenal Peter Carey, seorang ilmuwan peneliti asal Inggris yang memandang Indonesia sebagai negeri leluhurnya dan telah menghasilkan mahakarya yang menguak secara lengkap sejarah Pangeran Diponegoro, termasuk perannya dalam peperangan yang amat heroik, 1825-1830.
Baru saja saya menginjak halaman 110, saya merasa "gatal" ingin menulis di Kompasiana. Halaman tersebut memuat sumbangan tulisan dari Ki Roni Sodewo yang berjudul "Peter Carey yang Mengabdikan Hidup Untuk Nenek Moyang Kami, Sebuah Kesaksian". Sekadar catatan, Ki Roni Sodewo merupakan keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro dan Ketua Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro.
Ceritanya, Ki Roni Sodewo suatu saat iseng bertanya apakah Pak Peter sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI). Tentu ini didasari karena Peter sudah sangat lama berdiam di Indonesia, sangat menguasai sejarah Indonesia, khususnya Jawa, dan menikah dengan orang Indonesia.
"Belum, dan itu adalah salah satu keinginan terbesar saya. Terakhir saya diminta uang ratusan juta agar saya bisa menjadi warga negara di tanah leluhur ini. Saya langsung menolak. Saya katakan saya tidak mau berbuat curang dan saya tidak punya uang sebanyak itu. Kalaupun saya punya, pasti tidak akan saya gunakan utuk itu", begitu jawaban Peter yang membuat Ki Roni kaget bercampur malu, ternyata masih ada oknum yang minta sogokan.
Peter bercanda sambil menyindir dengan mengatakan bahwa mungkin ia harus menjadi pemain sepak bola agar gampang dinaturalisasi. Namun Peter bertekad kalaupun tidak jadi WNI, bila tiba saatnya nanti, ia ingin dimakamkan di Indonesia.
Perlu diketahui, buku tersebut ditulis tahun lalu, dan perkembangan terakhir tentang pengurusan untuk jadi WNI bagi guru besar tamu di bidang sejarah di Universitas Indonesia itu belum diperoleh informasi lebih lanjut.
Tanpa bermaksud menuding siapa-siapa karena informasi yang minim itu tadi, rasanya perlu ada sosialisai yang jelas bagi warga luar negeri yang telah lama mengabdi di tanah air tentang persyaratan dan prosedur bila ingin menjadi WNI.
Sangat ironis bila mengingat betapa banyak pemain sepak bola yang sudah berhasil mendapatkan status WNI, padahal sebagian besar tidak dipangil untuk membela timnas. Yang berkesempatan membela timnas pun belum berhasil mengangkat prestasi buat persepakbolaan Indonesia.
Sedangkan Peter Carey berhasil meluruskan sejarah tentang sepak terjang Pangeran Diponegoro. Bahkan Babad Diponegoro, terutama berkat penelitian Peter, berhasil diakui sebagai Memory of the World dari UNESCO, badan PBB yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H