Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Selamat Jalan Purnomo, Sprinter Kebanggaan Indonesia

Diperbarui: 16 Februari 2019   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pantau.com

Mungkin banyak yang sudah lupa bahwa di dekade 1980-an, Indonesia pernah punya atlet hebat di cabang olahraga atletik. Ia seorang sprinter atau pelari jarak pendek, yang bernama Purnomo, atau lengkapnya Purnomo Muhammad Yudhi.

Lelaki kelahiran kota Purwokerto 12 Juli 1962 itu pernah dijuluki sebagai manusia tercepat di Asia Tenggara. Ia memecahkan rekor nasional lari 100 meter putra yang lama bertahan, sekitar 22 tahun, atas nama Mohammad Sarengat. Rekor Sarengat 10,40 detik dipertajam Purnomo menjadi 10,29 detik.

Prestasi fenomenal Purnomo yang sangat membanggakan adalah menjadi atlet Indonesia pertama yang menembus semi final atau 16 besar Olimpiade di nomor atletik paling bergengsi 100 meter putra. Hal itu dicetaknya di Olimpiade Los Angeles, Amerika Serikat, 1984. Ketika itu ia satu-satunya wakil Asia yang tampil di babak semi final.

Memang setelah itu masih ada Mardi Lestari yang menyamai pencapaian Purnomo di Olimpiade Seoul 1988, namun setelah itu tidak ada generasi penerus yang bisa melakukannya. 

Bahkan pemegang rekor nasional sejak 2009, Suryo Agung Wibowo, di Olimpiade Beijing 2008 hanya sampai babak penyisihan. Setelah itu, atlet kita sekadar untuk tampil di Olimpiade pun sudah tidak bisa lagi, karena tidak lolos kualifikasi.

Ada harapan bagi sprinter kita yang menjadi juara dunia tingkat junior 2018 pada perlombaan yang diadakan di Finlandia, Lalu Muhammad Zohri. 

Tapi Zohri perlu meningkatkan kecepatannya agar bisa bersaing di kelompok senior. Catatan waktu Zohri adalah 10,18 detik terpaut 0,01 detik atas rekor nasional senior yang masih milik Suryo Agung Wibowo.

Purnomo sangat ingin bertemu secara khusus dengan Zohri karena ia memang sering memberikan semangat terhadap semua atlet, tapi Tuhan berkehendak lain.  

Setelah sejak beberapa tahun terakhir Purnomo mengidap penyakit kanker getah bening,  beberapa kali keluar masuk rumah sakit, akhirnya atlet kebanggaan Indonesia itu menghembuskan nafas terakhirnya, Jumat 15 Februari 2019, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Banyak pengurus dan pelatih di Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) mengakui ketangguhan Purnomo yang ditunjang oleh karakternya yang penuh disiplin dan ulet. Kalau ia sudah bertekad maka ia akan mati-matian meraihnya seperti yang ditunjukkannya sewaktu mewujudkan mimpinya untuk bisa tampil di Olimpiade.

Selamat jalan Purnomo. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Warisan berharga yang ditinggalkannya bukan hanya sekadar medali, tapi terlebih lagi berupa sikap profesional dan kecintaannya yang total terhadap perkembangan atletik di tanah air yang pantas ditiru oleh atlet zaman sekarang dan seterusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline