Saya pernah menonton film di Galeri Indonesia Kaya yang berada di Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Saat itu ada puluhan tunanetra yang ikut menonton yang masing-masing didampingi seorang pembisik yang menceritakan apa yang ditayangkan di layar lebar.
Tentu saja suasana jadi berisik, tapi saya terharu melihat begitu tulusnya para pembisik menceritakan tayangan film. Toh, semua orang berhak mendapat hiburan, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
Kisah di Galeri Indonesia Kaya tersebut langsung terbayang di benak saya saat membaca berita mengharukan di Kompas (31/1). Berita tersebut tentang seorang ibu berusia 56 tahun, Silvia Grecco yang dengan antusias menceritakan jalannya pertandingan sepak bola tim Palmeiras, Sao Paulo, Brasil, kepada Nickollas, putranya yang buta dan autis, berusia 12 tahun.
Sang ibu dengan penuh kasih sayang menceritakan secara rinci pakaian yang dikenakan tim pujaan anaknya itu, termasuk warna sepatu dan warna rambut para pemain saat melawan klub Botafogo, beberapa waktu lalu.
"Semua yang saya lihat dan saya rasakan, saya katakan kepadanya, bahkan ketika saya perlu mengutuk wasit!" kata Grecco. Nickollas di momen tertentu terlihat melompat-lompat kegirangan bersama dengan para pendukung Palmeiras yang berada di stadion.
Kejadian tersebut rupanya tertangkap kamera, beredar di dunia maya, lalu viral. Maka tak heran bila kemudian ibu dan anak tersebut diundang menjadi bintang tamu di beberapa stasiun televisi. Mereka bahkan juga mendapat kesempatan menonton sesi latihan klub Palmeiras.
Pada kesempatan terpisah, Nickollas mendapat kejutan bertemu dengan bintang sepak bola Brasil, Neymar, yang sekarang bermain untuk klub PSG Perancis, setelah kisahnya mendapat perhatian luas dari publik Brasil. Neymar bahkan sempat menggendong Nickollas di pundaknya. Tentu saja Nickollas sangat gembira tak terkira.
Kisah Nickollas dan ibunya memang bukan yang pertama kali terungkap ke publik. Saat Piala Dunia di Rusia tahun lalu, juga beredar video tentang seorang pendukung tim Kolombia yang dengan gerakan tangannya menginformasikan kepada temannya yang berkebutuhan khusus saat Kolombia berhadapan dengan Polandia.
Kasih sayang yang tulus antar sesama membuat warga yang kurang beruntung karena punya keterbatasan secara fisik atau mental, bisa berkesempatan menikmati kegemarannya seperti menonton pertandingan sepak bola atau film.