Seorang teman saya yang sekarang baru menjadi nenek, menceritakan kebiasaannya sewaktu remaja, saat masih duduk di bangku SMP dan SMA. Ia rutin curhat melalui buku diary bersampul warna merah jambu.
Suatu kali ia memergoki teman sekolahnya, entah bagaimana caranya, mendapatkan diary yang sebetulnya sudah tersembunyi dalam tas sekolah. Maka rahasia perasaan yang tumpah di setiap lembar diary itupun sudah dibaca orang lain.
Terhadap teman lain yang kepergok membaca catatan hariannya itu, dimarahin habis-habisan oleh teman saya. Setelah itu lama sekali mereka tidak bertegur sapa, saling memutuskan hubungan diplomatik.
Jelaslah, di zaman dulu betapa sangat privacy-nya yang namanya diary. Soalnya di sanalah ditumpahkan perasaan yang terpendam pada cowok yang ditaksirnya. Meskipun juga kadang-kadang berisi hal remeh temeh seperti lirik lagu yang lagi ngetop waktu itu atau deretan kata-kata mutiara.
Bila cowok yang ditaksir itu ternyata juga menyimpan perasaan yang sama dan mulai melakukan pendekatan, maka setiap kegiatan yang melibatkan mereka berdua, walaupun hanya sekadar berboncengan naik motor ke sebuah objek wisata, bisa menjadi berlembar-lembar cerita di diary. Bayangkan malunya hati ini, bila semua cerita rinci itu ketahuan teman lain.
Tapi zaman berganti, yang namanya catatan harian sekarang ini berhamburan di dunia maya melalui akun pribadi yang sangat gampang diakses publik. Apapun yang terasa secara spontan, lagi berbunga-bunga, lagi terbakar api cemburu, segera tertuang di media sosial.
Banyak pula catatan remeh temeh semisal hari ini pakai baju apa, makan atau minum apa, juga dirasa perlu untuk di-share di media sosial. Alangkah senangnya bila segera menuai pujian dan komentar positif dari teman-teman dunia mayanya.
Justru para remaja akan kesal bila catatannya tidak ada yang membaca. Sangat berkebalikan dengan kebiasaan dulu yang menilai catatan harian adalah rahasia dan bila ada yang coba-coba membaca tanpa izin yang punya, bisa mengobarkan perang antar sahabat.
Mengingat sesuatu yang sudah dikirim melalui media sosial, baik berupa tulisan, foto, video, ataupun konten lainnya, sudah menjadi milik bersama, tak ada salahnya untuk hal-hal yang ingin kita rahasiakan namun perlu dicatat, kita kembali menggunakan catatan harian seperti zaman dahulu.
Kalau itu dirasa berat, boleh saja ditulis melalui personal computer, laptop, gadget, dan sejenis itu, asal disimpan dalam file khusus dan diberi pengaman agar orang lain tidak bisa membukanya, dan tentu saja jangan sampai tergoda untuk memamerkannya di media sosial.