Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Koin Rp 100 dan Rp 200 Sudah Waktunya Ditarik dari Peredaran?

Diperbarui: 10 Oktober 2018   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koin Rp 100 terbaru (dok. bobo.grid.id)

Sebuah surat pembaca di  koran Kompas (28/9) mengisahkan seorang sopir angkot yang melempar 5 keping uang logam bernominal Rp 100 yang diterimanya dari seorang penumpang.

Si penulis menyayangkan sikap sopir tersebut dan berpendapat bahwa meskipun nilai nominalnya paling kecil, kita semestinya menghargai uang koin tersebut.

Saya sepenuhnya sependapat dan mendukung isi surat pembaca itu. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia sengaja mencetak uang koin dengan nilai terkecil  pecahan Rp 100,  tentu setelah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk tingkat keterpakaiannya oleh masyarakat banyak.

Memang seiring dengan berlalunya waktu, karena pada umumnya di negara kita selalu terjadi inflasi, meski sejak beberapa tahun terakhir inflasi tahunan relatif stabil di bawah 5%, namun kalau diakumulasikan dalam 10 tahun, jelas cukup signifikan menurunkan nilai uang.

Artinya dengan uang Rp 100 yang pada sekitar sepuluh tahun lalu masih dapat ditukar dengan sebungkus permen, sekarang mungkin tidak bisa lagi. Itulah agaknya yang membuat si sopir angkot dalam surat pembaca di atas dengan gagahnya melempar koin. 

Tentu itu sebagai isyarat kepada konsumen untuk jangan membayar pakai koin bernominal kecil karena si penerima merasa tidak bisa menggunakannya. Namun ia sadar bahwa ia tak boleh menolak alat pembayaran yang sah secara undang-undang, maka tindakannya adalah menerima lalu melemparnya.

Sebetulnya bahwa nilai uang rupiah yang selalu tergerus telah amat disadari pemerintah. Karena itulah, sekarang tidak dicetak lagi koin pecahan Rp 50 yang sepuluh tahun lalu masih kita temukan.

Sekarang koin Rp 100 dan Rp 200 masih digunakan di mini market atau yang sejenis, karena harga barang yang dijual dalam satuan, banyak yang ujungnya dalam ratusan, seperti sekaleng susu bergambar beruang di toko serba ada langganan saya Rp 7.900. 

Bahkan ada yang ujungnya dalam puluhan, katakanlah Rp 44.480 untuk 4 buah mangga yang saya beli di toko yang sama setelah ditimbang oleh petugasnya.

Tentu saja setiap saya berbelanja di toko tersebut, kalau saya membayar tunai, sering dapat kembalian pecahan Rp 100 dan Rp 200. Karena saya tidak berani menggunakannya, takut seperti pengalaman penulis surat pembaca di atas, akhirnya di kamar saya menumpuk koin-koin tersebut.

Maka demi praktisnya, saya memilih lebih banyak membayar pakai kartu debit atau kartu kredit. Bila karena sesuatu hal saya terpaksa membayar tunai, kembalian berupa koin tidak saya ambil. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline