Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Jakarta Menyambut Musim Hujan, Apa Kabar Kampung Pulo?

Diperbarui: 24 Oktober 2018   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Odong-odong sebagai angkot di Kampung Pulo (dok pribadi)

Pada tahun 2015 yang lalu, masih segar dalam ingatan, betapa populernya nama sebuah kampung di Jakarta Timur. Kampung Pulo namanya. Saat itu sebagian dari penduduk Kampung Pulo yang tinggal di sekitar Kali Ciliwung direlokasi, karena bantaran kali akan ditata, sehingga pada musim hujan tidak lagi meluap airnya alias tidak banjir.

Sekadar menyegarkan ingatan, Kampung Pulo adalah sebuah kampung yang dulu tergolong kumuh dan langganan banjir, tak begitu jauh dari pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Nah, saat penggusuran dilakukan oleh aparat keamanan, hebohnya luar biasa, sehingga ramai diberitakan media massa.

Memang pada tahun itu, Ahok yang terkenal dengan kepemimpinannya yang tegas, masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok sampai mengerahkan sekitar 2.500 personil keamanan yang terpaksa menyemprotkan gas air mata untuk mengatasi perlawanan warga yang menolak rumahnya digusur.

Ahok juga tidak segan turun langsung dan berdebat dengan warga setempat untuk menyadarkan mereka yang merasa nyaman-nyaman saja karena telah terbiasa dengan lingkungan yang kotor penuh sampah dan bahkan "menikmati" banjir.

Kondisi sebelum digusur (dok jurnaljakarta.com)

Rusunawa Jatinegara Barat saat itu sebetulnya sudah siap untuk menampung warga yang terkena penggusuran. Tapi memang tak gampang membujuk warga untuk pindah ke rusunawa. 

Di samping karena telah terbiasa dengan kekumuhan itu tadi, bagi sebagian warga, kampung sepanjang lebih kurang 1,9 km dan dikelilingi oleh sungai Ciliwung tersebut, juga punya nilai sejarah.

Tentang asal usul nama, mungkin karena letaknya yang terkurung oleh kali, makanya dinamakan Kampung Pulo. Pulo bisa berarti pulau, meskipun bisa jadi juga punya arti lain. Ya, sebetulnya yang disebut pulau adalah daratan yang dikelilingi laut, bukan sungai. 

Tapi yang jelas, Kampung Pulo memang terkungkung oleh air. Karena terkungkung itulah, fungsi alat angkut getek atau rakit menjadi vital yang digunakan warga untuk menyeberang ke atau dari Bukit Duri Tanjakan, atau lewat jalan biasa tapi memutar jauh.

Kondisi sekarang (dok kompas.com)

Tentang sejarahnya, jauh sebelum Indonesia merdeka, kampung ini sudah eksis, yang mayoritas didiami orang Betawi ditambah para perantau dari suku lain, termasuk keturunan Arab. Mereka beranak cucu di sana, bahkan juga bagi yang meninggal, sebagian dikuburkan di sana.

Tak sedikit ulama besar dan guru agama yang lahir dari kampung tersebut yang berjasa karena sering mengajar atau berceramah ke berbagai penjuru Jakarta. Bahkan, Nyai Salmah yang merupakan ibu dari ulama besar Al Habib Ali Al Habsyi Kwitang, berasal dari Kampung Pulo (republika.co.id 22/8/2015)

Di kampung tersebut hidup pula kalangan Habaib dan Al Aidrus yang ditokohkan. Salah satunya Al Imam Al Ariefbillah Al Habib Husein bin Muchsin Al Aidrus, yang wafat dan dimakamkan di sana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline