Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Perburuan Gelar Top Skor Liga 1 dan Tersisihnya Striker Lokal

Diperbarui: 23 September 2018   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

David da Silva melakukan selebrasi (dok. bolaskor.com)

Liga 1 sebagai kompetisi antar klub yang masuk kasta tertinggi di negara kita, semakin menarik untuk diamati. Sekarang, saat setiap klub sudah bertanding sebanyak 23 kali, dari total 34 kali sampai kompetisi tahun ini selesai, belum bisa memprediksi klub yang akan menjadi juara atau 3 klub peringkat terbawah yang harus terdegradasi. Semua kemungkinan masih bisa terjadi.

Menarik pula memperhatikan persaingan sengit antar striker setiap klub yang pasti menginginkan gelar top skor tahun ini. Sabtu (22/9) kemaren Persebaya Surabaya, tim yang tahun lalu juara Liga 2 sehingga bisa promosi ke Liga 1, menghempaskan klub yang cukup disegani, Mitra Kukar, dengan skor telak 4-1.

Dari 4 gol yang dilesakkan klub kota buaya itu, 3 di antaranya dihasilkan dari tendangan David da Silva. Dengan hattrick tersebut, David untuk sementara mengambil alih posisi top skor dengan mengemas 16 gol. 

Sebelumnya top skor sementara dipegang oleh penyerang Mitra Kukar, Fernando Rodriguez yang sudah mencetak 15 gol. Namun dalam laga di Surabaya kemaren, Fernando tidak mencetak gol. Satu-satunya gol Mitra Kukar dijaringkan oleh Hendra Adi Bayau.

David da Silva adalah pemain berpaspor Brazil, dan tahun ini merupakan tahun pertamanya di Indonesia. Sebelumnya, lelaki berusia 29 tahun tersebut telah malang melintang di sejumlah klub di Irlandia, Malta dan Timur Tengah.

Bagi Persebaya, kemenangan itu juga sangat berarti bagi pelatih barunya, Jajang Nurjaman, karena sejak direkrut menggantikan Alfredo Vera, Jajang menuai hasil buruk di dua laga pertamanya, kalah 0-2 dari klub papan bawah PS Tira, dan seri 3-3 di kandang Sriwijaya. Tak pelak, Bonekmania, kelompok suporter Persebaya, bereaksi keras.

Saat kalah dari PS Tira, David da Silva sempat berkomentar bahwa Liga Indonesia adalah liga paling ketat yang pernah dialaminya, karena semua klub bisa saling mengalahkan. Maksudnya gap antara klub terbawah dengan teratas tidak terlalu jauh, sehingga tidak heran bila klub papan atas bisa saja terjungkal oleh klub papan bawah.

Kembali ke perburuan gelar top skor sebagai topik utama tulisan ini, setelah David da Silva dan Fernando, peringkat berikutnya ditempati oleh Ezechiel N' Douassel dari klub yang sementara ini  masih memuncaki klasemen sementara, Persib, dengan 13 gol. Di bawah itu ada penyerang PS Tira, Aleksandar Rakic dan penyerang Persela Lamongan, Loris Arnaud, yang sama-sama telah mencetak 12 gol.

Memang agak miris juga kalau menyimak data di atas. Tak satu pun pemain lokal yang menembus 5 besar. Samsul Arif, pemain lokal tersubur asal klub Barito Putera, baru mengemas 10 gol, sama dengan perolehan pemain naturalisasi Stefano Lilipaly yang bermain untuk Bali United.

Jadi kalau disebut bahwa timnas mengalami krisis striker, ya begitulah kenyataannya. Bahkan, striker naturalisasi seperti Ilija Spasojevic (Bali United) dan Alberto Goncalves (Sriwijaya) tidak masuk daftar 10 top skor sementara.

Keberadaan striker asing memang jadi dilema. Kalau dilarang, rasanya bukan solusi yang baik. Kondisi yang diinginkan sebetulnya adalah pemain lokal bisa menyerap ilmu dari pemain asing, dan pelatih di setiap klub memberikan jam terbang yang lebih lama bagi striker lokal, bukan menyisihkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline