Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Dede Idol dan Artis Instan yang Cepat Tenggelam

Diperbarui: 23 September 2018   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dede Richo saat di Indonesian Idol dan saat diringkus polisi (dok. tribunnews.com)

Beberapa hari ini ramai diberitakan tentang tertangkapnya Dede Richo Ramalinggam, yang dulu dikenal sebagai Dede Idol, karena di tahun 2008 menjadi finalis ajang pencarian bakat Indonesian Idol.

Pria asal Medan berusia 29 tahun itu diringkus polisi di Tangerang Selatan karena keterlibatannya dalam aksi kejahatan, dengan modus memecahkan kaca mobil sasarannya yang lagi parkir.

Ada beberapa ajang pencarian bakat, khususnya bagi yang ingin jadi penyanyi, yang digelar oleh beberapa stasiun televisi nasional. Acara ini rating-nya cukup tinggi, sehingga selalu berhasil menjaring banyak sponsor. 

Bahkan salah satu stasiun televisi, yang khusus membuat acara ajang pencarian bakat penyanyi dangdut, bisa menyiarkan secara langsung dengan durasi sekitar lima jam setiap malam, berturut-turut selama sekitar dua bulan, karena dari tahap penyisihan sampai grand final, memang butuh waktu lama. 

Ajang tersebut rata-rata diminati oleh banyak sekali remaja dari seluruh pelosok tanah air, karena tim kreatif dari masing-masing televisi terjun langsung mengadakan audisi di beberapa kota yang tersebar.

Latar belakang peserta yang beraneka ragam turut menyemarakkan acara ini. Bagi yang berasal dari kalangan ekonomi bawah seperti yang orangtuanya seorang penarik becak, pemulung, atau malah si pesertanya sendiri yang menjadi pengamen jalanan (seperti Dede Richo), maka kisah seperti ini diekspos saat penayangan untuk menarik simpati pemirsa. Makanya acara ini tergolong reality show.

Ajang pencarian bakat boleh disebut sebagai jalan pintas untuk menjadi artis. Soalnya, di negara kita ini, di setiap kota, termasuk kota kecil, gampang sekali menemukan bakat terpendam, namun mereka tidak punya kesempatan untuk tampil di panggung lebih besar.

Ambil contoh kota Bandung dan kota-kota kecil sekitarnya, ini betul-betul gudangnya para artis atau calon artis. Namun saking ketatnya persaingan, banyak yang sampai tua merasa sudah beruntung menjadi penyanyi kafe atau hotel yang dikontrak bulanan dan berkelana dari satu kota ke kota lain. Tak heran di banyak hotel di tanah air dan juga sampai ke negara jiran, pemusik dan penyanyi asal Bandung bermain di sana.

Toh cara begitu lebih baik, dalam arti lebih konsisten, ketimbang artis instan yang sempat tampil di televisi nasional, setelah itu dilupakan publik. Ajang pencarian bakat tidak bisa dikatakan sebagai seratus persen instan, karena ada unsur perjuangan dalam menyisihkan ribuan peserta, serta ada pelatihan dari penyanyi profesional.

Tapi kalau disebut sebagai ada sebagian unsur yang bersifat instan, tidak salah juga, karena dari penyanyi antar kampung lalu disorot kamera televisi nasional, bisa jadi menimbulkan geger budaya bagi sang penyanyi. 

Padahal setelah ajang itu berakhir, bila si penyanyi tidak kreatif dan kurang bergaul dalam jaringan para penyanyi serta pelaku usaha di bidang itu, namanya cepat tenggelam. Apalagi ketika ajang serupa memasuki periode baru, orang-orang sudah lupa siapa idol periode sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline