Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Bankir yang Tersingkir Setelah Banting Setir

Diperbarui: 14 September 2018   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pahala Mansury (dok.sindonews.com)

Pahala Mansury, belum lama menjadi orang nomor satu di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, tepatnya jabatan direktur utama di maskapai penerbangan yang menjadi flag carrier Indonesia itu, diembannya sejak 12 April 2017.

Namun, langkahnya harus terhenti karena Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia, Rabu (12/9) sore, memutuskan mengangkat Ari Askhara, sebelumnya Dirut PT Pelindo III (Persero), sebuah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola pelabuhan laut, menjadi pengganti Pahala.

Pahala sejatinya adalah seorang bankir. Ia sejak tahun 2003 bergabung di Bank Mandiri, dan sejak tahun 2010 sampai dipilih menjadi Dirut Garuda, Pahala menjadi salah seorang direktur di bank yang merupakan hasil merger 4 bank BUMN yang menderita kerugian besar saat krisis moneter 1998 tersebut (Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bapindo, dan Bank Ekspor Impor Indonesia).

Memang, bagi mereka yang sukses di BUMN perbankan, oleh Kementerian BUMN banyak yang ditunjuk menjadi nakhoda di BUMN non-bank. Nah, dalam hal ini bolehlah mereka disebut sbagai bankir yang banting setir. Sebaliknya, jarang sekali direktur yang sukses di BUMN non-bank ditunjuk untuk menjadi pemimpin di BUMN perbankan. 

Sepertinya kondisi di atas kurang adil. Tapi mungkin bisa dijelaskan seperti ini. Mereka yang bergelut di bukan bank, keahliannya bersifat spesifik, karena hanya fokus pada bidang usaha yang dikelolanya. Sedangkan bankir lebih bersifat general, karena bank membiayai semua jenis usaha yang punya prospek. Dalam hal ini, orang spesialis lebih sulit jadi generalis, ketimbang orang generalis jadi spesialis.

Sebagai contoh, Garuda adalah nasabah utama Bank Mandiri. Bahakan saat Garuda punya pinjaman yang macet di bank tersebut,  utangnya itu sempat dikonversi menjadi modal saham, sehingga Mandiri menjadi salah satu pemilik Garuda. Namun karena bank tidak boleh secara permanen punya anak perusahaan yang bergerak di luar bidang keuangan, saham tersebut dijual lagi oleh Mandiri saat Garuda sudah go public di tahun 2011.

Jadi, bagi pejabat Mandiri, khususnya yang ikut menangani Garuda sebagai salah satu prime customer-nya, tentu bila ditunjuk menjadi tim manajemen di Garuda, sudah tidak perlu belajar dari nol, paling tidak dari sisi bisnis atau aliran kas, sudah kepegang. Tinggal lagi mengasah aspek teknis tentang dunia penerbangan, yang bisa didelegasikan ke direktur teknik atau direktur operasional.

Demikian pula kenapa banyak direktur BRI yang menjadi direktur utama di Bulog, bisa saja karena Bulog adalah salah satu nasabah utama BRI, sehingga hubungannya sangat dekat. Sayangnya, seperti Pahala Mansury, dua kali orang BRI jadi nakhoda Bulog, dua-duanya juga cepat tersingkir. 

Kedua pejabat dari BRI tersebut adalah Lenny Sugihat yang menjadi Direktur Utama Bulog tidak sampai setahun, dari akhir 31 Desember 2014 dan berakhir 8 Juni 2015 . Lenny digantikan oleh direktur BRI lainnya, Djarot Kusumayakti, untuk masa yang cukup lama (tapi tetap lebih cepat dari kelaziman satu periode kepemimpinan selama 5 tahun). 

Djarot baru saja diganti pada 27 April 2018 yang lalu, dan ini yang menarik, penggantinya adalah pejabat dari Polri, Budi Waseso, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional. 

Tidak semua bankir yang banting setir, cepat tersingkir. Sofyan Basir, Direktur Utama BRI selama lebih 9 tahun (2005-2014),  sukses membawa BRI sebagai bank yang paling besar labanya di tanah air sejak 2005 sampai sekarang, saat ini masih  kokoh menjadi Dirut PLN yang dijabatnya mulai 23 Desember 2014.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline