Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, wajar kiranya bila Indonesia memiliki banyak sekali masjid yang megah. Bahkan bisa dikatakan, setiap kota seperti berlomba membangun masjid yang menjadi kebanggaan warganya dan sekaligus menjadi ikon dari suatu kota.
Di antara berbagai masjid megah tersebut, ada yang menaranya dapat digunakan publik untuk memandang segenap penjuru kota dari ketinggian. Sebagai contoh, Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang dan Masjid Al Akbar di Surabaya, ramai dikunjungi publik di hari libur untuk naik ke puncak menara melalui lift yang tersedia.
Nah, di Bandung, tepatnya di alun-alun, terdapat Masjid Raya Bandung, yang mempunyai dua menara kembar, masing-masing dapat dinaiki pengunjung sampai ke lantai 19, dengan membayar Rp 7.000 per orang.
Sayangnya kondisi menara tidak begitu terawat. Mungkin hal ini juga yang menyebabkan animo pengunjung, di hari libur sekalipun, tidaklah banyak. Sebetulnya pemandangan yang tersaji dari atas menara, lumayan bagus, mengingat perkembangan kota Bandung yang demikian pesat.
Kepadatan kota terlihat jelas dari atas. Gedung-gedung tinggi yang mulai menjamur, tentu juga kelihatan. Bahkan dari menara yang satu, kita bisa melihat jelas menara yang kedua, kembarannya, dan juga melihat aneka bunga warna warni yang menghiasi taman di alun-alun tersebut.
Sekali lagi, kondisi yang kurang terwat membuat pengunjung tidak betah berlama-lama. Apalagi kaca jendela untuk memandang ke segala arah agak buram, pertanda jarang dibersihkan. Biasanya pengunjung hanya sekadar longok sana longok sini, mengambil beberapa foto, lalu turun kembali.
Sebaiknya, aset masjid yang sangat berharga tersebut dapat dikelola secara profesional dengan mengalokasikan dana pemeliharaan yang memadai. Kalau sekarang ini, sepertinya ada kesan setengah hati untuk mengoperasikannya.
Toh, bila berhasil, di samping berkontribusi buat memperbanyak objek wisata di Bandung, sekaligus juga menjadi sumber dana bagi kegiatan masjid. Bila kondisinya terawat dengan baik, publik akan banyak yang tertarik, dan tidak rugi kalaupun tarif dinaikkan sedikit.
Ada pertanyaan yang menggelitik, kenapa susah sekali mencari contoh masjid megah di negara kita yang terpelihara dengan baik dalam jangka panjang. Di saat belum lama diresmikan atau sehabis direnovasi, sangat banyak pengunjung yang berwisata religi. Setelah itu berangsur-angsur sepi, selain sebagai tempat ibadah warga sekitar semata-mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H