Balai Ekonomi Desa (Balkondes) tampaknya cukup dikenal oleh masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saya yang berdomisili di Jakarta, tidak mendapatkan istilah atau sebutan itu di kawasan Jabodetabek. Saya tidak memantau apakah di daerah lain nama ini sudah lazim dipakai.
Saat saya melancong ke Magelang, Sabtu (25/8) yang lalu, saya beberapa kali membaca papan penunjuk jalan bertuliskan balkondes tersebut. Saya karena tidak bisa menebak kepanjangannya, langsung ambil jalan pintas, bertanya ke mbah google, dan jawabannya ya itu tadi, balai ekonomi desa.
Awalnya, saya dan teman-teman yang ikut ke Magelang bertujuan untuk melihat-lihat desa wisata Candirejo di Kecamatan Borobudur. Nah, ternyata di gerbang desa tersebut ada tulisan besar "Desa Wisata Candirejo, Semen Indonesia Group".
Dari hasil wawancara ringkas dengan salah seorang petugas di sana, didapat informasi, bahwa Candirejo adalah salah satu desa yang punya program balkondes dengan proyek yang dikembangkan adalah pembangunan desa wisata.
Sayangnya, yang di Candirejo ini, pembangunannya masih belum selesai, sehingga tidak banyak yang bisa dinikmati kecuali sekadar tempat makan dan belanja.
Rupanya balkondes di Magelang saat ini terdapat di 20 desa, semuanya berdekatan dengan Candi Borobudur sebagi destinasi utama. Tapi yang sudah selesai dibangun baru di 16 desa. Balkondes ini merupakan proyek dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di mana masing-masing balkondes mendapat bantuan dari dana corporate social responsibilities sebuah BUMN.
Sebagai contoh, yang di Candirejo, dibiayai oleh Semen Indonesia Group, yang antara lain terdiri dari Semen Gresik, Semen Padang dan Semen Tonasa. Pantas saja tulisan dan logo Semen Indonesia terpampang besar di sana.
Kami disarankan oleh petugas di Candirejo untuk melihat balkondes di desa Wanurejo, karena di sana pembangunannya sudah selesai dan juga mengembangkan desa wisata, yang sponsornya adalah Bank Negara Indonesia.
Sebagai catatan, meskipun hampir semua balkondes berbentuk desa wisata, tapi kekhasannya berbeda-beda. Ada yang namanya desa Tanjung Sari yang dekat sekali dengan Candi Borobudur. Di sini, Bank Rakyat Indonesia sebagai pembina mengembangkannya menjadi home industry pembuatan tahu.
Namun mengingat waktu yang sempit, kami akhirnya memilih untuk mengunjungi Wanurejo saja. Di sini ada objek wisata yang bernama Junkyard, semacam museum terbuka yang memamerkan mobil kuno. Sayangnya, koleksinya belum banyak. Tapi mungkin dengan bantuan BNI ke depan, koleksinya akan bertambah.
Di Wanurejo tersedia beberapa rumah tradisional Jawa yang dibangun terbuka tanpa dinding, sebagai tempat menikmati makanan dan minuman dari kafe atau restoran yang dimiliki balkondes tersebut.