Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Kasus "Bomb Joke" di Lion Air dan "Trial by Social Media"

Diperbarui: 1 Juni 2018   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi solidaritas mahasiswa Untan (dok. kompas.com)

Penanganan kasus informasi adanya bom dalam pesawat Lion Air JT 687 rute Pontianak-Jakarta, Senin malam 28 Mei 2018 yang lalu, sudah mulai berkurang pemberitaannya. Tapi justru karena itu publik diharapkan tetap megawal proses penanganan kasus tersebut agar bisa berjalan secara obyektif dan adil.

Jangan sampai informasi yang bersliweran di berbagai media sosial terkesan mem-bully atau bahkan menghakimi seseorang yang belum tentu bersalah. Jadi kalau dulu ada istilah trial by press, sekarang muncul trial by social media.

Begini, ada dua kasus sebetulnya pada peristiwa tersebut yang lebih mencerminkan pendapat pihak Lion Air. Pertama, tentang adanya penumpang bernama Frantinus Nirigi yang diduga mengatakan membawa bom saat ditanya oleh salah seorang pramugari tentang barang apa yang ia bawa.

Kedua, Lion Air juga berencana mempidanakan penumpang yang memaksa membuka pintu darurat meskipun belum ada perintah dari crew pesawat untuk melakukan itu. Tapi syukurlah akhirnya Lion Air sudah membatalkan niatnya setelah mendapatkan keterangan bahwa penumpang yang melakukan itu semata-mata tindakan spontan karena panik.

Nah kita fokus ke yang pertama. Coba gali informasi yang rinci tentang siapa Frantinus Nirigi itu. Okezone News (31/5 dan 1/6) menuliskan bahwa Frantinus adalah putra Papua, tepatnya dari Wamena, yang baru saja diwisuda di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, dan bermaksud pulang kampung dengan transit di Jakarta.

Akibat pemberitaan yang demikian menghantam Frantinus, kakaknya Heriana Nirigi shock berat. Sang kakak mengatakan:"Kami pihak keluarga merasa menyesal sekali, karena mungkin mereka melihat adik kami orang hitam sendiri di pesawat, mereka sebelum bicara dan lihat persoalan yang sebenarnya, jangan langsung menjustifikasi".

Sebelumnya Tempo.co (29/5) sudah membeberkan ada dua versi kronologi kasus bercanda bom di Lion Air. Di samping versi pramugari yang telah beredar luas, ternyata ada versi kedua yang merupakan informasi tidak resmi yang beredar melalui aplikasi WhatsApp. Ketika seorang pramugari menggeser tas di kabin, tas Nirigi terlihat sarat muatan dan tampak berat. Lalu Nirigi bilang, “di dalam tas saya ada tiga buah laptop bu.”
Namun pramugari dan penumpang lain mengira Nirigi mengatakan membawa bom. 

Kalau dihubungkan dengan pernyataan kakak Frantinus di atas yang yakin adiknya mengatakan :"hati-hati bu" (karena di tas ada laptop), tapi terdengar seolah-olah "hati-hati bom", bisa jadi menyangkut aksen dalam berbicara yang langsung memicu kepanikan pramugari dan penumpang.

Sang kakak yang merasa sakit hati karena banyak kalimat yang tidak sopan di media sosial terhadap adiknya, berharap agar tidak ada lagi diskriminasi. Ia menegajak mari kita sama-sama bersatu dalam bingkai NKRI.

Frantinus juga mendapat pembelaan dari teman-temannya di Untan. Kompas.com (31/5) memberitakan bahwa BEM FISIP Untan melakukan aksi solidaritas di bundaran Digulis, Pontianak. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Save Frant, Kami bersama Frant". Pihak BEM FISIP Untan menilai kasus tersebut sebagai bentuk arogansi dari pihak maskapai.

Makanya kasus bomb joke seperti yang dituduhkan ke Frantinus harus diinvestigasi oleh pihak yang berwenang dan berkompeten secara menyeluruh. Hal ini dilakukan secara independen dan hasilnya diumumkan ke publik tanpa ada yang ditutup-tutupi, sebagai sebuah pelajaran yang amat berharga, untuk tidak terulang kembali di masa mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline