Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Menghindar dari Kejahatan di Taksi Daring

Diperbarui: 22 Maret 2018   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korban taksi daring (dok. Tribunnews.com)

Peristiwa kejahatan di taksi yang beropersi berdasarkan pesanan melalui daring (online),  terjadi lagi. Berita terbaru adalah perampokan dan pembunuhan terhadap Yun Siska Rochani (29 tahun) oleh sopir taksi daring yang dipesannya. Kejadian yang menimpa gadis cantik ini terungkap setelah mayatnya di temukan di semak-semak sekitar perumahan Griya Cibinong Asri, Kabupaten Bogor, Minggu (18/3) pagi.

Identitas korban baru besoknya berhasil diungkap oleh pihak kepolisian, dan sehari setelah itu pelakunya tertangkap, yakni sopir taksi daring dan seorang saudaranya yang ikut menumpang mobil secara bersembunyi saat menunggu pesanan. Korban bekerja sebagai staf pemasaran dari sebuah wedding organizer di Jakarta. Karena pekerjaannya tersebutlah, korban sering pulang larut malam, seperti saat terakhir ia memesan taksi daring sekitar jam 02.30 dinihari.  

Kehadiran taksi daring di satu sisi memang memberi banyak kemudahan bagi pelanggannya. Namun di sisi lain, dengan begitu banyaknya sopir yang menjadi mitra, terkesan pihak pengelola kurang berhasil dalam menyeleksi dan melatih para sopir. Boleh dikatakan asal punya mobil sesuai kriteria, seseorang yang telah punya surat izin mengemudi dan kartu tanda penduduk, dapat menjadi mitra.

Sebetulnya pada taksi konvensional pun, tindak kriminal dari para sopir juga terbilang banyak. Tapi di sinilah terjadi seleksi alamiah, sehingga memunculkan satu atau dua perusahaan taksi yang reputasinya terjaga. Taksi berwarna biru sebagai contoh, terkenal karena sopir-sopirnya punya integritas. Kalau ada penumpang yang ketinggalan barang dan bisa ditemukan si sopir, maka barang tersebut akan dikembalikan ke alamat penumpang.

Tak heran bila antrian untuk mendapatkan taksi biru di berbagai bandara dalam negeri, terutama di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, mengular panjang, sementara petugas taksi lain kelelahan mengejar-ngejar calon penumpang yang baru mendarat. Nah, hal beginilah yang tak bisa terjadi pada taksi daring, karena semua tak ada warna khusus mobilnya. 

Memang saat ini ada tiga pengelola aplikasi taksi daring yang saling bersaing. Tapi tak ada indikasi yang memperlihatkan perusahaan yang satu lebih baik dari yang lain, karena kerawanannya sama, dalam arti penumpang hanya berharap mendapat sopir yang tidak berniat jahat. 

Dalam keadaan seperti itu, bagi calon penumpang, terutama yang bepergian sendirian, tetap perlu melakukan upaya agar terhindar dari kejahatan yang dilakukan sopir taksi daring. Pertama, ketelitian dalam mencocokkan nomor polisi dan jenis kendaraan yang datang menjemput dengan yang tertera pada aplikasi. Cocokkan juga nama dan foto sopirnya.

Kedua, perlu pula secara teliti melakukan sapuan mata ke segenap sudut mobil untuk memastikan apakah ada orang lain di dalam mobil yang datang menjemput. Ketiga, jangan lupa mengajak sopir bertegur sapa sekadar basa basi yang sekaligus bisa sebagai langkah deteksi awal untuk mengetahui apakah sopirnya orang baik-baik atau bukan.

Bila semuanya oke, tidak ada yang mencurigakan, barulah mantap naik ke mobil yang dipesan, sambil tetap membaca doa yang bisa menentramkan hati.

Itulah beberapa langkah yang bisa kita lakukan sebagai pengguna taksi daring, sambil berharap pemerintah bisa mengatur operasinya dengan lebih baik dan terawasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline