Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Turunnya Pamor Pasar Barang Antik Jalan Surabaya

Diperbarui: 4 Februari 2018   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Nama jalannya Jalan Surabaya, tapi terletak di Jakarta Pusat. Nah di sepanjang salah satu sisi jalan ini, yang terkenal sebagai pasar barang antik di ibukota, berjejer sekitar 200 kios yang buka sepanjang siang sampai sore hari.

Sebagian besar kios tersebut menyediakan berbagai barang antik atau barang yang relatif baru tapi sengaja dibuat dengan model antik. Tapi ada pula beberapa kios yang menual tas dan koper serta kios piringan hitam dan kaset lagu-lagu jadul.

Peminatnya tidak hanya warga lokal, tapi juga turis dari mancanegara. Makanya jangan heran kalau ada sekelompok bule yang memakai kaos dan bercelana pendek lagi mengunjungi kawasan ini.

Jalan Surabaya, Jakarta (dok pribadi)

Dari berbagai referensi, ternyata usia pasar barang antik tersebut telah cukup lama. Awalnya adalah di tahun 1960-an, muncul pasar loak kaki lima "muntahan" pedagang yang terusir dari Pasar Rumput (konon saat delman masih menjadi angkutan kota, di sini dijual rumput untuk makanan kuda, tapi sekarang adalah pasar biasa).

Lalu di tahun 1970-an, di era Gubernur Ali Sadikin, pedagang kaki lima tersebut ditertibkan secara besar-besaran. Maka di Jalan Surabaya, para pedagang loak aneka barang antik itu menempati kios-kios permanen yang sengaja dibangun Pemda DKI Jakarta, seperti yang terlihat sampai sekarang ini. 

Tentu saja pamor pasar barang antik Jalan Surabaya langsung terangkat. Kesan yang sebelumnya kumuh telah berubah rapi dan nyaman. Hanya berdasarkan promosi dari mulut ke mulut, akhirnya pasar ini terkenal dan menjadi salah satu obyek wisata yang digandrungi turis asing, karena ada nuansa galeri seni atau museum.

Terangkatnya pamor pasar barang antik ini antara lain juga karena banyaknya jenis barang yang dijual, sehingga calon pembeli leluasa untuk menentukan pilihan. Harganya pun tergolong wajar dan dapat ditawar. Padahal kalau membeli barang yang sama atau yang mirip di galeri khusus, harganya bisa jauh lebih mahal.

Apa saja barang-barangnya? Sekadar contoh untuk dituliskan di sini adalah barang berbahan porselen, keramik, kayu dan logam. Ada pula wayang kulit, keris dan senjata tradisional lain, topeng tradisional, peralatan makan dari kuningan, rantang jadul, telepon antik, kamera antik, gong antik, setrikaan antik, lampu antik, dan masih banyak lagi. Bahkan ada juga setir kapal, teleskop dan kompas. 

Dok. pribadi

Lokasinya yang strategis, dekat dari kawasan elit Menteng, menjadi faktor pendukung yang menarik konsumen. Memang ada sedikit masalah bagi yang membawa kendaraan sendiri, karena tempat parkir yang terbatas, mengingat jalannya yang tidak begitu lebar. Namun trotoar di depan kios cukup lega bagi pejalan kaki.

Masa kejayaan pasar tersebut menurut beberapa pedagang yang telah beroperasi di sana sejak puluhan tahun lalu, terjadi di tahun 1990-an sampai 2010. Saat itu lumayan ramai pembeli dari berbagai daerah. Para pejabat dan turis asing juga banyak yang berbelanja baik untuk dikoleksi sendiri maupun untuk dihadiahkan bagi relasinya.

Dok.boombastis.com

Entah karena perkembangan ekonomi, atau daya beli masyarakat yang menurun sehingga kebutuhan untuk barang antik juga menurun, atau juga karena model perdagangan online yang makin marak, membuat pamor pasar barang antik Jalan Surabaya sejak beberapa tahun terakhir semakin menurun.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline