Bertempat di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, mulai tanggal 9 sampai 19 Agustus 2016, diadakan "Pameran Lukisan Bersama Padamu Negeri". Sesuai judulnya, pamaren tersebut dimaksudkan sebagai salah satu mata acara dalam perayaan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI.
Pameran ini menampilkan 40 lukisan karya pelukis sebagai wakil bangsa yakni, Afriani, Chryshnanda Dwilaksana, Eko Banding, masPadhik, Vukar Lodak, dan Wahyu Oesman. Di antara para pelukis tersebut, beberapa nama sudah pernah berpameran tunggal.
Saya sendiri tidak dalam kapasitas untuk mengomentari mutu lukisan yang dipamerkan. Jujur, saya sebetulnya tidak sengaja datang ke galeri, karena niat utamanya adalah menonton film "Tiga Dara" yang lagi main di bioskop di TIM.
Saya hanya ingin memberi catatan, animo masyarakat kita terhadap lukisan masih relatif rendah. Indikatornya antara lain adalah sepinya pengunjung pameran, termasuk yang saya lihat di TIM tersebut. Bahwa rata-rata di rumah warga kelas menengah ke atas dan juga di ruang kerja pejabat, sering ada lukisan yang dipajang, dugaan saya (yang mungkin keliru) lebih sebagai untuk gengsi semata. Namun tetap ada segelintir orang yang betul-betul pencinta lukisan dan sekaligus paham mutu dan harga sebuah lukisan. Mereka biasanya membentuk komunitas tersendiri, yang sayangnya terkesan eksklusif, belum begitu intens mengedukasi masyarakat banyak agar juga paham cara menilai lukisan. Nah, dari kacamata saya yang awam, beberapa lukisan yang menarik perhatian saya, saya jepret dan sebagian saya sertakan di tulisan ini. Saya menyukai lukisan bertema kritik sosial karya Afriani, perupa perempuan yang datang dari jalur non akademis. Lukisan Wahyu Oesman yang bertema suasana hiruk pikuk dan kemacetan kota metropolitan yang kontras dengan karya Eko Banding yang banyak mengangkat suasana pedesaan yang tenang dan nyaman, juga sama-sama menarik perhatian saya. Adapun karya pelukis lain, ada yang bertema arca kuno, ada pula yang beraliran abstrak, sangat mungkin tidak kalah menarik bagi pengunjung lain. Karena pada dasarnya selera setiap orang terhadap lukisan, dan juga cabang seni lainnya, cenderung subyektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H