Tanpa bermaksud mempromosikan, saya relatif sering menonton tayangan Kompas TV dan Net TV. Tapi ada sedikit kekecewaan saya pada Net. Di lebaran 2015 yang lalu sering menayangkan lagu Selamat Hari Raya yang dibawakan seorang penyanyi wanita dengan suara yang renyah, dan iramanya itu, bagi saya terasa syahdu, khas lagu-lagu tempo doeloe.
Di lebaran tahun ini, tayangan itu hilang. Karena penasaran saya segera mencari di Youtube. Alhamdulillah, ketemu, dan saya nikmati lagi. Ternyata nama penyanyinya adalah Elizabeth Tan, dari negeri jiran, Malaysia. Saya baca juga ada yang menulis kritik pada Net, kenapa memakai penyanyi asing, dan non muslim lagi.
Kalau Net menghentikan penayangan gara-gara kritik itu, saya sungguh menyayangkan. Apa salahnya kita menonton penyanyi Malaysia, sementara bejibun artis kita "menjajah" publik negara tetangga tersebut, sampai-sampai pemerintahya amat gusar. Menurut saya lagu tidaklah punya kebangsaan, kalau enak, ya nikmati saja.
Mengenai non-Muslim, ini juga salah pikir. Kemaren di Kompas TV menayangkan bincang-bincang dengan Uztad Wijayanto dan penyanyi Glen Fredly. Glen yang non muslim mengeluarkan album religi (Islam), dan sang uztad sangat mengapresiasi. Dulu pun Koes Plus (hanya Murry yang muslim dari 4 orang personilnya) pernah membuat album pop kasidah.
Ngomong-ngomong, hasil penelusuran saya, ternyata ada banyak lagu bertema lebaran yang liriknya berbahasa Indonesia. Hebatnya lagi, lagu-lagu tersebut sudah diciptakan seniman-seniman kita sejak Indonesia baru beberapa tahun memperoleh kemerdekaan.
Artinya, meski lagu-lagu tersebut hanya "laku" di seminggu sebelum sampai seminggu setelah lebaran, tapi momen merayakan hari kemenangan ini telah menginspirasi banyak seniman pencipta lagu.
Kalau anda penonton setia televisi nasional, maka lagu lebaran yang banyak ditayangkan, baik berupa lagu utuh, maupun potongan lagu sebagai background acara lain, adalah lagu yang berlirik antara lain: "selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin".
Lagu tersebut mungkin menjadi lagu bertema lebaran yang paling populer (di samping "Lebaran Sebentar Lagi"-nya Bimbo), karena sering didaur ulang, yang paling top adalah versi Gigi. Sayangnya jarang diberi subtitle bahwa penciptanya adalah Ismail Marzuki yang dibuat di tahun 1950-an.
Tapi sesekali cobalah mendengar versi lama, seperti yang dinyanyikan Bing Slamet, ya seperti saya tulis di atas, terasa lebih syahdu. Lirik versi aslinya juga menggambarkan suasana Jakarta tempo doeloe saat masih ada trem. Namun liriknya juga ada doa agar pemimpin tidak korupsi. Rupanya korupsi memang sudah jadi penyakit sosial sejak lama.
Lagu versi lama yang juga enak adalah lagu Lebaran oleh Oslan Husein. Kesederhanaan alat musik jadul justru punya nilai tambah tersendiri. Setahu saya belum ada versi daur ulangnya.
Ada banyak lagu religi masa kini. Gigi, Ungu, D'Masiv, adalah beberapa grup yang menyajikan lagu religi tapi sangat bernuansa pop sebagaimana lagu bertema "duniawi". Sebagai selingan ada baiknya mendengar kesyahduan lagu jadul.