Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Produk Malaysia Banjiri Jakarta?

Diperbarui: 20 Juni 2016   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produk Malaysia - Dokumentasi pribadi

Saat pertandingan sepak bola demikian banyak tersaji di layar kaca, saya terpengaruh iklan yang menyebutkan jangan nonton bola tanpa cemilan alias makanan kecil, khususnya untuk siaran langsung di malam hari, karena siangnya berpuasa.

Jadilah saya semakin sering belanja di mini market tidak jauh dari rumah. Saya main borong saja melihat merk baru yang kemasannya menarik. Pas saya membuka atau menyobek pembungkus snack tersebut, barulah saya sadar separoh dari yang saya beli adalah produk negara jiran, Malaysia (lihat foto).

Ya rupanya inilah yang diributkan koran tentang MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean yang membebaskan arus barang dan jasa antar negara Asean. Dulu, barang seperti itu hanya saya temui di daerah perbatasan seperti di Batam, Dumai atau di Sanggau, Kalbar. Sekarang sudah membanjiri Jakarta.

Apapun juga konsekuensi di atas harus kita hadapi. Konsumen diuntungkan karena semakin banyak pilihan. Kita tidak boleh manja. Toh setelah saya mengunyah makanan Malaysia sama saja, tidak lebih enak dari makanan sejenis yang dibuat di kota kecil seperti Ungaran atau Pematang Siantar.

Tentunya kita juga harus mampu membanjiri pasar negara tetangga. Meski tetap saja sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asean, terlihat tidak adil. Bila Malaysia menguasai pasar Indonesia, maka itu bisa meningkatkan omzetnya berkali lipat. Sementara kalau produk Indonesia menguasai Malaysia, paling banter hanya meningkatkan omzet sekitar 10 persen, karena kapasitas Malaysia hanya setara Sumut digabung dengan Aceh, Sumbar dan Riau, yakni berpenduduk sekitar 22 juta jiwa.

Meski saya menuliskan bahwa produk Malaysia tersebut di atas rasanya biasa-biasa saja,  produsen barang sejenis di Indonesia perlu waspada. Mereka telah membuktikan kesuksesannya mencuri hati masyarakat Batam dan Dumai. Di sana kalau kita bertamu ke rumah-rumah, biasanya disuguhi biskuit dan minuman dalam kotak / kaleng asal Malaysia. Bahkan perantau Minang di Batam dan Dumai dengan bangga membawa barang tersebut ke kampungnya sebagai oleh-oleh. 

Bagi konsumen kita, perlu pula ditanamkan rasa mencintai produk Indonesia seperti yang diperlihatkan orang Korea dan Jepang. Tentu kalau industri makanan dan minuman kita bangkrut, dampak sosialnya begitu besar, terutama dari jumlah tenaga kerja yang akan terkena PHK.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline