Cobalah melakukan perjalanan antar kota, atau di dalam kota pun juga tidak apa-apa, asal di sepanjang jalur pelintasan yang padat lalu lintas. Bagi mereka yang melewati jalan tersebut, kebutuhan ke toilet adalah suatu hal yang tak bisa dihindari. Demikian juga bagi yang muslim, kebutuhan untuk melakukan ibadah shalat di waktu tertentu, sifatnya wajib.
Dulu bukan hal gampang mencari masjid yang bersih dan juga toilet yang nyaman dalam perjalanan. Tapi sejak bermunculannya rest area yang berkonsep modern di jalan tol, hal ini menjadi trend juga di jalan bukan tol. Makanya banyak pebisnis makanan yang mengincar penumpang angkutan antar kota, atau mereka yang lagi dalam perjalanan, bukannya membangun rumah makan yang besar terlebih dahulu, namun membangun masjid yang bagus dengan toilet yang bersih.
Begitu orang-orang banyak singgah, maka perlahan-lahan dibuatlah kios makanan, dari kecil-kecilan dan berkembang menjadi besar, bahkan menerima pemodal lain yang mau investasi membikin rumah makan dengan jenis makanan yang berbeda atau menjual berbagai kebutuhan seperti mini market, pijat refleksi, dan sebagainya. Pelayan rumah makan berpakaian seksi sudah mulai ditinggalkan, justru yang berpakaian sopan, kalau perlu yang berjlbab, lebih disukai, karena bapak yang membawa keluarganya, tidak sungkan.
Konsep itu pula yang diadopsi oleh banyak mal kelas atas di kota-kota besar di tanah air kita. Dulu di mal era lama, mushala kebagian di basement parkiran. Sekarang disengajakan memberi space yang sebetulnya bisa dikomersilkan, tapi dirancang khusus sebagai mushala yang relatif besar, bersih dan nyaman. Disadari atau tidak, hal tersebut turut meramaikan mal. Orang tidak khawatir berlama-lama di mal, toh kewajiban ibadah tidak akan tertelantarkan.
Bagi pelaku usaha kecil pun, rumus di atas berlaku. Sepanjang jalan raya Puncak yang menghubungkan Bogor dan Cianjur, yang di hari libur tingkat kemacetannya amat parah, banyak sekali muncul toilet yang menempel di rumah-rumah penduduk atau di warung pinggir jalan. Meski dengan kenyamanan yang biasa-biasa saja, karena tidak ada pilihan lain, tetap laku. Setiap orang membayar Rp 2.000,- Lumayan besar per harinya di saat liburan.
Yang habis ke toilet, karena masih pegel, tidak langsung masuk mobil tapi melihat-lihat dahulu apa yang dijual di sekitar toilet tersebut. Maka tanpa direncanakan, isi dompet pun berpindah ke pedagang di dekat toilet berada. Jadi, bila ingin bisnis lancar di area padat lalu lintas, menyediakan tempat beribadah dan toilet yang bersih, menjadi salah satu kuncinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H