Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Ritual Pisah Sambut Orang Kantoran

Diperbarui: 4 April 2017   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual Pisah Sambut Orang Kantoran | mrmediatraining.com

Thank God It's Friday! Bagi orang kantoran, hari Jumat selalu bawaannya enteng. Kebalikan dengan hari Senin, bawaannya berat. Kegiatan yang bersifat agak santai sering dilakukan pada hari Jumat, umpamanya makan bersama di dalam atau di luar kantor.  Kalau ada acara perpisahan karena ada rekan kerja atau atasan yang dipindahtugaskan ke kota lain, atau acara pisah-sambut bila ada juga pejabat baru yang disambut, lazim dilangsungkan pada hari Jumat saat makan siang, atau pada saat makan malam. 

Seperti hari ini, rencananya nanti malam, di kantor tempat saya bekerja akan ada acara perpisahan, melepas tiga orang pejabat. Ada yang dimutasi ke Semarang dengan level jabatan yang sama dengan jabatan sebelumnya, ada yang dipromosikan ke Lampung, dan ada pula yang memasuki masa pensiun. Di lain pihak, pejabat penggantinya, baru satu orang yang sempat ikut acara nanti malam, yakni rekan yang sebelumnya berdinas di Denpasar. 

Acara seperti ini bersifat rutin, karena biasanya enam bulan sekali, kadang-kadang bisa lebih cepat lagi, ada saja teman yang dipindahkan. Jadi tidak ada sesuatu yang khusus untuk ditulis di sini. Urutan acaranya dimulai dengan makan-makan, sambutan dari yang rekan yang dipindahkan, baik yang keluar, maupun yang masuk, kesan dan pesan dari salah seorang teman terhadap teman-teman yang dilepas, penyerahan cendera mata, pembacaan doa, dan diakhiri dengan ramah tamah beserta hiburan.

Kata sambutan pun sifatnya standar, paling tidak ada kalimat berterimakasih atas kerjasama yang baik selama ini, permohonan maaf atas semua kesalahan baik disengaja maupun tidak, permohonan doa agar yang dilepas maupun yang tinggal agar semakin sukses dalam karir, serta sekaligus mohon agar silaturahmi tetap terpelihara.

Sejak semakin banyak anak muada yang tergolong "generasi Y" bergabung di tempat saya bekerja, maka konsep acara pisah-sambut biasanya diserahkan ke mereka. Anak-anak muda memang lebih kreatif. Biasanya mereka mampu membuat video unik dan lucu yang menggambarkan keseharian rekan yang diperpisahankan tersebut, serta berbagai tanggapan dari teman lain terhadap tokoh yang dilepas. Video inilah yang ditayangkan saat sebelum hiburan, atau disela-sela acara hiburan.

Untuk cenderamata, sejak lima tahun terakhir saya amati lagi trend menghadiahkan karikatur atas pejabat yang dimutasikan. Umpama si pejabat suka main golf, karikaturnya adalah si pejabat beraksi dengan stick golf-nya. Yang hobi memancing di laut lepas, juga digambar seperti itu. Cuma kalau pejabat tersebut hobi marah-marah, tidak ada yang berani mengkarikaturkannya lagi marah. 

Terakhir tentang hiburan, standarnya minimal ada organ tunggal plus satu penyanyi seksi. Namun nantinya si penyanyi lebih banyak membimbing teman-teman kantor yang ingin memperdengarkan suara emasnya ataupun suara sumbangnya. Yang pasti, pejabat yang dilepas dan yang disambut, "wajib" hukumnya menyanyi.

Kalau kebetulan si pejabat, dari sono-nya memang senang bernyanyi di depan umum, tentu tidak ada masalah. malah jadi kesempatan untuk manggung dan menyanyikan lagu kesukaannya, baik lagu domestik maupun asing. Tapi bagi yang menganggap menyanyi sebagai beban, maka sehari sebelum acara sudah mulai latihan sendiri. Namun lagu-lagu yang menjadi pilihannya rata-rata adalah lagu lama, yang populer waktu ia masih remaja.

Sepanjang yang saya amati, dalam banyak acara pisah sambut yang pernah saya ikuti, lagu-lagu yang laku dinyanyikan oleh pejabat yang dilepas adalah lagu dalam negeri era 70-an atau 80-an, yang liriknya memang ada relevansinya dengan perpisahan. Contohnya, seperti "Kembali ke Jakarta", yang aslinya merupakan lagu ciptaan Koes Plus. Mungkin pesannya adalah, si pejabat tidak ingin berlama-lama di daerah, dan berharap secepatnya ditarik lagi ke ibukota. Lagu "Pergi Untuk Kembali" baik versi asli maupun versi masa kini yang dinyanyikan Ello, juga tergolong laku. Demikian pula lagu "Sepanjang Jalan Kenangan" versi Broery Marantika. 

Biar rame, biasanya penyanyi seksi akan memancing dengan lagu dangdut, sehingga semua yang hadir diajak berjoget dengan gaya bebas. Biasanya bila sudah ada volunteer beberapa orang, arena joget akan segera penuh, apalagi karyawan yang muda-muda, tidak malu untuk bergoyang. Bila lagu "Kemesraan" yang dipopulerkan Iwan Fals atau "Kapan-kapan"-nya Koes Plus sudah berkumandang, itu artinya acara sudah berakhir. Saatnya foto bersama, atau berkelompok, lalu menyalami pejabat yang dipisah-sambuti lengkap dengan cipika-cipikinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline