Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Literasi Keuangan: Bank vs Asuransi

Diperbarui: 2 Maret 2016   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tingkat literasi keuangan penduduk negara kita secara umum relatif rendah, masih di bawah kebanyakan negara tetangga. Tapi bila kita menoleh di dalam negeri, tingkat literasi keuangan kita juga menghadapi persoalan lain yang klasik sebagaimana laju pembangunan secara umum, yakni ketimpangan Jawa dan luar Jawa ataupun kota dan desa.

Di samping itu, dari sisi produk, tak dapat dipungkiri, juga terjadi ketimpangan antara dua jenis perusahaan jasa keuangan utama, bank dan asuransi. Dalam hal ini, meski kehadiran asuransi di negara kita sama tuanya dengan kehadiran bank (ingat asuransi Bumiputra yang telah berumur lebih satu abad), asuransi jauh tertinggal dari bank, baik dilihat dari jumlah nasabah maupun kinerja keuangannya.

Sebetulnya strategi pihak asuransi sudah sedemikian rupa. Berkolaborasi dengan bank melalui produk bancassurance, dimana produk asuransi di-bundling dengan tabungan dan dipasarkan di kantor-kantor bank. Banyak pula perusahaan asuransi yang bekerjasama dengan financial planner dalam melakukan edukasi pada masyarakat agar menyadari pentingnya merencanakan masa depan, dengan memilih produk investasi dan asuransi yang tepat sebagai alat proteksi. Edukasi tersebut disebar melalui banyak media dan forum seperti siaran tv, koran, seminar dan pameran.

Kalangan asuransi juga mencoba mengikuti jejak kalangan perbankan yang sukses dalam melakukan penetrasi dengan produk kredit mikro, tabungan kecil, dan menjadikan kios atau warung di kampung-kampung sebagai agen (branchless banking). Untuk itu, pihak asuransi  mengintrodusir asuransi mikro, dengan premi yang sangat kecil. Sejauh ini perkembangannya belum begitu menggembirakan.

Insurance minded memang relatif alot dibudayakan secara massal mengingat adanya perbedaan utama antara tabungan dengan premi. Kalau tabungan, jumlahnya akan selalu bertambah karena mendapat bunga ( sepanjang saldonya memadai sehingga bunga yang diterima masih melebihi potongan administrasi ), maka premi ada yang bersifat hilang di akhir periode kontrak, sepanjang tidak terjadi kerugian yang menimbulkan hak klaim ( untuk jenis asuransi kerugian seperti kebakaran ). Ada juga akumulasi premi yang dibayar balik lagi ke pembayar premi di akhir periode kontrak tapi dalam jumlah yang lebih kecil ketimbang akumulasi suku bunga bank bagi produk tabungan.

Sifat masyarakat kita yang menganggap musibah adalah urusan takdir semata, tidak begitu kondusif buat peransurasian. Sehingga bila premi hilang begitu saja tanpa hak klaim karena tidak terjadi kebakaran, sakit, meninggal, kecelakaan, dan musibah lainnya, dianggap sebagai "buang-buang uang". Mending ditabung saja, toh kalau sakit bisa ambil tabungan, begitu mungkin pikiran kebanyakan masyarakat.

Apalagi beberapa kali beredar cerita yang merusak citra, meski sifatnya case by case, seperti setoran premi yang diembat agen asuransi sehingga tidak tercatat secara resmi, atau cerita betapa manisnya agen asuransi menjemput pembayaran premi, namun saat nasabah mengajukan klaim urusannya dipingpong ke berbagai petugas asuransi, bahkan ada pula yang ditolak klaimnya.

Anggapan bahwa anak wajib merawat orang tuanya yang sudah lanjut usia, juga menjadi salah satu faktor yang membuat orang tidak terpacu untuk berasuransi demi masa tuanya. Tapi untung juga ada regulasi pemerintah yang mewajibkan asuransi secara massal melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja. Dengan demikian ada kekuatan pemaksa agar masyarakat ikut sebagai peserta. Tinggal mutu pelayanannya yang masih harus ditingkatkan.

Jadi masih ada banyak PR bagi kalangan perasuransian agar lebih memasyarakat lagi, di samping bagaimana secara terus menerus memperbaiki standar operasionalnya. Layanilah masyarakat sama baiknya dengan melayani nasabah institusi atau korporasi yang selama ini sudah mengerti pentingnya berasuransi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline