Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Teori Posisi dan Pertemuan Menpora - Komite Ad Hoc

Diperbarui: 11 Februari 2016   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanpa banyak publikasi, Menpora yang selama ini ogah ketemu Komite Ad Hoc, akhirnya mengadakan pertemuan juga, Rabu kemaren. Dari beberapa media cetak yang saya amati, hanya Kompas yang memuat berita pertemuan tersebut beserta fotonya. Adapun Kompasiana terwakili dari tulisan kompasianer Aldi Doank.

Dari pemberitaan Kompas memang belum jelas kesepakatan apa yang dihasilkan selain adanya kesamaan pandangan bahwa Indonesia harus secepatnya terbebas dari sanksi FIFA. Tapi itupun sudah suatu kemajuan melihat betapa selama ini kemungkinan pertemuan itu nyaris tertutup.

Dari perspektif teori posisi, pertemuan tersebut secara tidak langsung tidak membuat Menpora kehilangan muka. Meski sebelumnya komite mengundang Menpora namun tidak ditanggapi. Lalu komite menyurati Presiden, dan Presiden membuat disposisi agar Menpora menindaklanjutinya. Itulah latar belakang terciptanya pertemuan, seperti diberitakan sejumlah media online.

Catatan Presiden ke menterinya, secara birokrasi jelas berarti instruksi. Namun kalau karena itu Menpora memenuhi undangan Komite Ad Hoc, maka komite akan berada di atas angin. Pihak pengundang sebagai tuan rumah tentu memberi nuansa sedikit lebih tinggi dari yang datang memenuhi undangan.

Dengan lokasi pertemuan di Kantor Menpora, kemudian Agum Gumelar sebagai ketua komite mendatangi dan juga menyampaikan laporan, jelas bahwa posisi Menpora menjadi terselamatkan dan sekaligus juga telah menjalankan instruksi Presiden. 

Mendatangi, menghadap, memanggil, mengundang, melaporkan, memberi pengarahan, adalah istilah yang masing-masing punya arti tersendiri dan sangat bergantung pada posisi. Salah menempatkan posisi bisa berakibat fatal.

Bahkan dalam pergaulan sehari-hari, dari gesture pun, gampang ditebak, seseorang menempatkan dirinya pada posisi apa. Kalau ada dua sahabat bertemu setelah sekian lama tidak berjumpa, lalu si A mengajukan tangan untuk bersalaman, dan si B menyambut salaman itu sambil tangan kirinya menepuk pundak si B, jelas bahwa si B merasa lebih tinggi posisinya.

Kembali ke pertemuan Menpora dan Komite Ad Hoc, ada angin segar, aspirasi kedua belah pihak telah dikemukakan secara langsung. Bila jalur komunikasi telah terbuka, sepanjang tidak ada distorsi berupa komentar yang nyelekit dan berbau arogan dari salah satu pihak, mudah-mudahan perkembangan sepak bola bisa lari kencang mengejar ketertinggalannya dibanding banyak negara tetangga, bahkan termasuk dengan Timor Leste.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline