Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Efisiensi Minum Air

Diperbarui: 31 Januari 2016   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Efisiensi minum air bukan dimaksudkan untuk sesedikit mungkin minum air. Soalnya menurut banyak referensi, minum air putih yang cukup sangatlah dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Ada yang menyebut minimal 8 gelas per hari. Tapi saya sendiri punya kebiasaan minum air putih sekitar 10 sampai 11 gelas per hari.

Baru saja saya membaca di sebuah majalah tentang bagaimana seorang produser film yang sukses di tanah air dalam melakukan efisiensi. Salah satu poin yang saya catat adalah, kru film tidak boleh minta air minum dalam kemasan (AMDK) yang baru, sebelum AMDK sebelumnya dihabiskan. Untuk itu, setiap botol diberi tulisan nama pemiliknya.

Tolong jangan menilai sang produser lebay, terlalu berlebihan. Ingat, dalam memproduksi sebuah film, ada puluhan kru yang terlibat. Lamanya shooting juga bisa memakan waktu bulanan, dan setiap harinya berlangsung 15 sampai 16 jam.

Seketika saya langsung teringat dengan kecerewetan saya pada istri dan tiga orang anak di rumah,  yang seenaknya mengambil AMDK yang baru, padahal di meja ada 4 botol AMDK kemasan 600 ml yang baru diminum sepertiganya. Alasannya, masing-masing lupa AMDK mana yang tadi diminumnya.

Padahal saya sudah membuat kebijakan, pinggir meja sudah dibagi empat, untuk tempat AMDK 4 orang. Tapi mereka tidak pernah tertib melakukannya, dan asal tarok saja. Kemudian saat tidak tahu lagi AMDK kepunyaan masing-masing, ambil lagi dari dalam kardus.

Satu lagi, harga AMDK menurut saya tidak bisa dianggap murah. Satu kardus yang terdiri dari 24 botol 600 ml, kalau dibeli di jaringan ritel ternama saat ini dibandrol sekitar Rp 60.000. Artinya per satuan hampir Rp 3.000. Kalau dibeli di warung kecil sudah Rp 5.000 per botol  untuk merek yang terkenal.

Tidak masalah bagi saya bila satu orang menghabiskan sekian botol AMDK. Saya hanya crewet bila ada AMDK yang masih tersisa tapi harus dibuang karena tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Mungkin juga karena setiap orang sudah punya mindset AMDK itu murah. "Ah, cuman air putih, kan gak ada harganya", kira-kira itu yang terucap dalam hati banyak orang.

Memang, saat saya kecil di kampung, belum ada warung yang menjual AMDK. Di rumah makan, air putih bisa diminta secara gratis. Tapi sekarang tidak lagi begitu. Di pelosok sekali pun terdapat warung yang menyediakan AMDK. Tolong jangan dianggap tidak berharga lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline