Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Wisata Seminar di Bali

Diperbarui: 10 Desember 2015   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan selama 2 hari ini  saya berkesempatan menghadiri "Bali International Seminar on Enterprise Risk Management" tanggal 10 dan 11 Desember 2015 di Grand Nikko Hotel, Nusa Dua, Bali. Tema seminar kali ini adalah "Maximizing Business Performance through Sustainable Governance, Risk, and Compliance".

Seminar di Bali selalu ada sisi hiburan dan wisatanya. Tak heran kalau banyak peserta dari Jakarta dan luar negeri tertarik mengikuti. Pembukaan seminar dibuka dengan tari tradisional Bali ( Lihat foto ). Bali memang masih terdepan di negara kita dalam wisata seminar. Maksudnya seminar bernuansa wisata, bukan seminar yang membahas sektor pariwisata.

Dalam bisnis pariwisata dikenal ada jenis wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition).  Seminar adalah contoh dari MICE. Biasanya yang mengikuti seminar adalah pejabat atau karyawan dari berbagai perusahaan, yang dibiayai oleh perusahaan sebagai insentif bagi karyawannya. Jadi kalau peserta seminar tidak begitu antusias mempelajari materi seminar, justru buru-buru ingin pergi refreshing menikmati pantai di sekitar hotel, tentu dapat dipahami.  Siapa tidak tertarik melihat view seperti foto yang saya sertakan di tulisan ini.

Banyak pula peserta yang ikut seminar menganggap hal ini sebagai kesempatan ikut program perbaikan gizi. Terutama bila yang ikut adalah staf yang sehari-hari kalau ngantor makan siang di amigos (agak minggir got sedikit) atau makanan pinggir jalan. Di seminar tentu snack dan makan siangnya kelas hotel bintang lima. Tapi menurut saya ini bukan perbaikan gizi, melainkan program penggemukan. 

Hotel Grand Nikko juga relatif unik. Inilah hotel yang bisa mengakali peraturan Pemda Bali yang melarang gedung berlantai banyak. Dengan "menyulap" tebing menjadi hotel, maka terdapat 15 lantai bangunan. Lobi berada di lantai 15 dan lantai 1 ada di dasar tebing yang langsung berhadapan dengan pantai. Tapi dari jalan raya ke arah lobi bangunan hotel yang menyumbul di atas tanah cuma 4 lantai saja.

Gaya hotel Nikko ini sekarang diikuti pula sebuah hotel yang tengah dibangun di sebelah Nikko. Sama-sama dibagun dari dasar tebing dan berlantai banyak. Pada akhirnya, entah kapan, mungkin Bali bakal banyak gedung tinggi, karena lahan yang tersedia sangat terbatas. Atau mungkin akan meniru gaya Jakarta dengan reklamasi, meski kecil kemungkinan karena hampir sepanjang garis pantai dari Seminyak-Legian-Kuta-Jimbaran-Uluwatu-Nusa Dua-Benoa-Sanur, yang melingkari bagian selatan Bali, semuanya indah, sayang kalau direklamasi.

Meski pikiran saya melayang untuk segera menikmati keindahan Bali, pertanda saya telah menyimak seminar saya sarikan sedikit poin yang dibahas di seminar, yang kebetulan nyantol di otak saya. Salah satu panelis mengangkat potensi risiko yang tinggi bagi banyak perusahaan kelas atas di Asia Tenggara yang Presdir dan Preskom-nya punya hubungan keluarga. Juga pada perusahaan BUMN bila banyak dititipi misi non-komersial. Hal ini dianggap bukan praktek good gevernance. Padahal good governance yang sustainable-lah yang menghasilkan kinerja bisnis cemerlang. Kalau laba besar karena permainan politik tingkat tinggi, alamat tidak akan bertahan lama.

Foto-foto: dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline