Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Antara Persib dan Pantai Losari

Diperbarui: 14 Oktober 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya melakukan perjalanan dari Jakarta-Jayapura-Sorong-Jakarta minggu lalu. Berangkat pakai pesawat langsung, Batik Air, jam 23.55, pada hari Selasa malam tanggal 6 Oktober. Penerbangan yang mulus. Berangkat tepat waktu dan sampai di Jayapura jam 7 pagi waktu setempat, lebih cepat 30 menit dari yang tertera di tiket. 

Tanggal 8 Oktober saya naik Garuda ke Sorong. Pertama kali saya naik pesawat Bombardier buatan Brazil. Pesawat berukuran tidak begitu lebar, setiap baris diisi kursi 2 buah di kiri dan 2 di kanan. Ini juga penerbangan yang nyaman. Ternyata dari Jayapura ke Sorong, harus transit setengah jam di Manokwari.

Nah pas kembali ke Jakarta terjadi miskomunikasi dengan seorang teman yang mengurus tiket saya di Sorong. Jadwal yang sudah saya pesan sebetulnya adalah naik Sriwijaya Air jam 14.20 siang dari Sorong. Sampai di Jakarta jam 17.35. Itu yang tertera di tiket, dengan transit dan berganti pesawat tapi masih maskapai yang sama di Makassar.

Karena takut ketinggalan nonton pertandingan Persib vs Mitra Kukar di tv pada Sabtu malamnya, saya minta tolong teman yang katanya punya pergaulan luas di bandara Sorong untuk mempercepat keberangkatan jadi jam 07.20 pagi dan sampai di Jakarta jam 10.30. Semuanya local time. Beres pak, jangan khawatir kata si teman.

Sabtu jam 7 pagi saya nongol di bandara Sorong, dan sang teman menyambut sekaligus menyerahkan boarding pas ke saya. Memang sesuai janjinya ia akan meng-check in-kan sekalian dengan meminjam ktp asli saya. Begitu saya cek lembaran boarding pas itu, untuk jalur Sorong - Makassar tertera jam 07.20 jadwal naik pesawatnya. Tapi untuk Makassar-Jakarta boardingnya jam 15.50. Kesal saya. Rupanya si teman hanya merubah jadwal Sorong-Makassar saja, sedang Makassar-Jakartanya tetap.

Pertama saya agak emosi ke teman tersebut. Dia pun memperlihatkan ekspresi rasa bersalah. Tapi setelah itu saya bilang terimakasih dan salaman. Nanti saya urus langsung di Makassar, kata saya.

Nyatanya jadwal Makassar-Jakarta tidak bisa dimajukan karena status sudah check-in. Wah ini saya bisa terkatung-katung 6 jam di bandara Makassar. Bingung mau ngapain.

Lalu saya search daftar nama teman di hp saya. Ada ketemu orang Makassar bernama Syahril. Saya telpon, tapi gak diangkat. Saya kirim pesan singkat, yang intinya kalau punya waktu tolong jemput saya dan temani jalan-jalan di Makassar.

Sambil menunggu balasan,  saya beli koran dan membacanya. Setengah jam kemudian Syahril menelpon saya minta maaf dia lagi di luar kota. Tapi dia bisa menghubungi temannya yang nantinya akan meminjamkan kendaraan plus sopirnya untuk saya pakai.

Benar juga, jam 10 pagi ada orang yang mencari saya dan mengaku disuruh Syahril untuk membawa saya jalan-jalan. Lega. Alhamdulillah. Nasib saya memang bukan untuk menonton Persib, tapi melihat suasana kota anging mamiri, yang sudah 3 tahun tidak saya kunjungi.

Ternyata menurut saya Makassar berkembang pesat. Banyak hotel baru dengan tinggi di atas 20 lantai. Beberapa kawasan yang top adalah Panakukang, Tanjung Bunga dan Pantai Losari. Panakukang adalah daerah elit seperti Kelapa Gading di Jakarta. Tanjung Bunga adalah kawasan reklamasi seperti di Pluit atau Kapuk, Jakarta. Di Tanjung Bunga pula terdapat Trans Studio, in-door theme park pertama di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline