Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Mempunyai Tanpa Menikmati

Diperbarui: 27 Juli 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - belanja (Shutterstock)

Konon sekitar 70 persen dari barang yang kita beli, tidak pernah atau sangat jarang terpakai. Itulah berita yang saya kutip dari postingan seorang teman melalui media sosial. Inilah hasil pencitraan versi iklan yang membuat kita merasa butuh berbagai barang. Iklan merasuk ke jiwa kita tanpa kita sadari, tanpa batas ruang dan waktu. 

Ada beberapa kemungkinan kenapa kita membeli atau mempunyai sesuatu, tapi tidak menikmatinya. Pertama, karena ingin menunda menikmatinya pada hari spesial. Ada ibu-ibu yang beli pakaian, perhiasan, atau tas mewah, tapi disimpan dulu secara hati-hati. Maksudnya nanti pas ada acara khusus, mungkin di acara hari ulang tahun perak pernikahannya, saat resepsi pernikahan anaknya, atau saat spesial lainnya, barulah barang tersebut dipakai. Masalahnya kadang-kadang takdir Tuhan  berkata lain, hari spesial itu tidak pernah datang. Atau andai pun datang, sudah sangat lama sehingga barang tersebut sudah out of date, atau justru sudah rusak tanpa pernah sempat dipakai.

Kedua, membeli sekedar untuk gengsi. Banyak juga masyarakat kelas atas yang membeli piano padahal tidak bisa memainkannya. Membeli satu set buku ensiklopedi, tapi tidak punya kemauan untuk membacanya. Membeli satu set peralatan karaoke padahal tidak bisa menyanyi. Mempunyai satu set home theater, namun tidak hobi nonton film. Mempunyai aquarium besar, tapi tidak mengerti dunia ikan. Membeli lukisan mahal tanpa tahu di mana nilai seninya. Punya kamera canggih tapi tidak paham dan tidak ingin paham tentang  fotografi. Membeli sepeda statis atau alat treadmill, padahal malas olahraga. Satu set stick golf dipajang saja di rumah. Mereka hanya menikmati komentar "ck ck ck" dari para tamu atau famili yang datang ke rumahnya, pertanda berdecak kagum akan kekayaannya, bukan kagum akan kemampuan menggunakan barangnya. Tas, sepatu, atau  pakaian bermerk juga banyak yg dibeli untuk sekali pakai saja. Makanan mahal tersedia banyak, tapi sampai sudah kadaluarsa masih banyak tersisa.

Ketiga, tidak punya waktu untuk menikmati. Banyak keluarga di kota besar yang mempunyai barang-barang seperti yang dicontohkan di atas, dan memang barang tersebut ia pahami karena termasuk hobi yang bersangkutan. Tapi karena suami-istri masing-masing sibuk berkarir, berangkat subuh pulang sudah malam, maka kesempatan menikmati barang yang dibeli jadi tidak ada. Di hari libur pun mereka punya kegiatan, baik lembur di kantor, atau kegiatan sosial, keagamaan, atau malah gak pengen ngapa-ngapain karena kecapek-an. Anak-anaknya masih kecil untuk mengerti barang-barang tersebut, atau justru sudah kuliah dan tinggal tidak se-rumah dengan orang tua. Alhasil, sama seperti alasan nomor dua, barang-barang hanya jadi pajangan.

Bagi yang belum terlanjur seperti itu, nasehat klasik "Teliti sebelum membeli" harus betul-betul dicamkan. Kalau ingin dipakai di hari spesial, jangan dibeli sekarang. Jangan tergoda dengan harga diskon kalau barang tersebut tidak betul-betul dibutuhkan saat ini. Kalau belum bisa menggunakan barang, belajar dulu atau kursus dulu, baru dibeli. Kalau tidak punya waktu untuk menggunakan sesuatu, janganlah dibeli barangnya. Pengen nonton sesekali, ya ke bioskop saja, tidak usah beli home theater. Pengen nyanyi sesekali, ya ke karaoke saja, gak perlu punya karaoke sendiri. Mau sesekali olahraga dalam ruangan, ke pusat kebugaran saja. Jangan pula beli barang-barang yang cepat usang karena kemajuan teknologi, kalau hanya digunakan sesekali saja. Jujur pada diri sendiri juga diperlukan. Ibaratnya, kalau sukanya dangdut jangan pura-pura menikmati musik jazz. Maksudnya, kalau sudah mencoba menikmati lukisan abstrak tapi tidak bisa, ya tidak usah dibeli sekedar untuk gengsi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline