Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Bankir BRI Naik Daun

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai sudah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di 4 bank yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus berstatus perusahaan terbuka (Tbk.), karena ada porsi saham publik di bank-bank tersebut. Namun, pengendali tetap berada di tangan pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas. Di mulai dari Bank Mandiri, yang melaksanakan RUPS tanggal 16 Maret yang lalu, berlanjut BNI (17 Maret), BRI (19 Maret) dan berakhir di BTN (24 Maret).

Dari beberapa keputusan RUPS, yang paling mendapat perhatian media adalah terkait dengan pergantian pengurus, baik direksi maupun komisaris. Banyak yang mempertanyakan beberapa orang komisaris baru yang berlatar belakang partai politik pendukung pemerintah atau mantan anggota tim sekses Jokowi-JK. Sesuatu yang sebetulnya lumrah karena telah terjadi sejak periode-periode pemerintahan sebelumnya, dan juga pada akhirnya semua yang terpilih harus melewati fit and proper test dari OJK, paling tidak untuk menguji integritas dan kompetensinya.

Ada yang tidak begitu terekspose, yakni tentang berkibarnya bankir-bankir BRI dengan menempatkan pejabatnya di keempat bank BUMN tersebut. Barangkali, pemerintah menilai kesuksesan manajemen BRI menjadikan bank yang tersebar sampai ke pelosok tersebut sebagai bank yang paling besar labanya selama 10 tahun terakhir, perlu ditularkan ke bank BUMN lain. Di BRI sendiri, setelah puluhan tahun dipimpin CEO dari "luar" (Kamardy Arief dari BI, Iwan R Prawiranata dari Bank Eksim, Djoko Santoso Moeljono dari Bank Eksim, Rudjito dari BDN dan Sofyan Basir dari Bank Duta/Bank Bukopin), sekarang dipimpin oleh bankir "asi" BRI, Asmawi Sjam.

Di samping itu, ada beberapa bankir "asli" BRI yang ditugaskan ke bank lain, yakni Sulaiman Arief Arianto (Wadirut Mandiri), Suprajarto (Wadirut BNI), Rico Rizal Budidarrmo (Direktur BNI) dan Sis Apik Wijayanto (Direktur BTN). Achmad Baiquni yang menjadi Dirut BNI, meski tidak "asli" BRI, selama 5 tahun terakhir memegang jabatan Direktur Keuangan BRI. BUMN non bank pun juga menjadi lahan pengabdian mantan bankir BRI seperti di PLN (Sofyan Basir sebagai Dirut dan Sarwono Sudarto sebagai Direktur) dan Bulog (Lenny Sugihat sebagai Dirut). Di beberapa perusahan perkebunan milik negara juga diisi direktur dari BRI. Demikian juga di Pegadaian, bank milik daerah (BJB) dan bank berstatus khusus (Bank Ekspor Indonesia/BEI), serta di bank swasta yang sekarang dibeli asing, QNB Kesawan.

Sebetulnya, jauh sebelumnya, saat banyak bank-bank yang kelimpungan dilanda krismon 1998, pemerintah yang mengambil alih bank-bank yang bangkrut tersebut, juga menempatkan banyak pejabat BRI seperti di BCA, Danamon, Niaga, dan sebagainya. Hanya saja begitu bank-bank tersebut dibeli oleh pihak baru, gerbong manajemennya langsung diganti. Kecuali di BCA, meski sekarang dipunyai Kelompok Djarum, bankir eks BRI tetap dipertahankan pemilik baru, yakni Djohan Emir Setijoso dan Suwignyo Budiman.

Jadi, kalau dulu Citibank Indonesia terkenal sebagai pemasok bankir berkualitas bagi banyak bank di negara kita, maka sekarang yang lagi naik daun adalah bankir BRI. BRI "terpaksa" mengikhlaskan personil terbaiknya untuk bergabung dengan bank pesaing. Toh, persaingan yang sehat berujung pada kejayaan perbankan secara nasional. Bahkan BRI bisa dikatakan "lebih" dari Citibank karena juga memasok ke perusahaan non bank.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline