#1 Pejuang Kronin
"Kau terlau gegabah, seharusnya kau tak melemparkan pedang api itu tepat mengores wajahnya. Dia Pangeran negri Trolina, apa kau cari mati..?" tahan Delius sambil memegang pergelangan Arkonan
"Delius.. aku sudah tidak perduli dan muak dengan dongeng palsu mereka, aku tau kita hanya akan menjadikannya tawanan, tapi jika kita tidak mendapatkan informasi apapun konflik perang ini akan semakin meluas" berang Arkonan sambil mencabut pedangnya yang masih berasap di kursi sekapan itu.
"Aku sudah jelaskan..! aku tak tau apa-apa soal Promeron, aku hanya berencana bernegosiasi agar perang besar ini bisa dicegah, aku tak berambisi seperti ayahku yang sangat menginginkan perang ini" terang Heligra yg menahan perihnya goresan diwajahnya.
***
Negeri Arkonan "Nikroneus" telah berperang melawan dua negara yang bersekongkol "Trolina" dan "Hericlan". Sebuah bencana besar karena perang itu telah berlangsung selama 7 tahun. Negara mereka sudah hancur lebur oleh serangan beringas kedua negara itu, pengeroyokan itupun terbilang sadis, anak- anak dan para remaja laki-laki negeri Nikroneus dihabisi dan sebagian ditahan untuk memutus rantai perang.
Peperangan itu bukan dipicu perebutan wilayah kekuasaan karena wilayah mereka yang jauh dan terpisah oleh lautan yang hanya bisa ditempuh puluhan hari pelayaran, namun perebutan pusaka Promeron menjadi pusaran dimana semua konflik ini dimulai.
Serangan puncak akan segera berlangsung, kedua negara berencana mengakhiri perang ini dengan melakukan serangan besar- besaran kenekatan ini mereka lakukan karena selalu terkalahkan selama 2 tahun terakhir dan dipukul mundur dari wilayah yang telah dikuasainya. Semua kegagalan itu karena kekuatan pusaka Promeron yang telah menjadi benteng kokoh selama dua tahun terakhir.
Ribuan pasukan gabungan berserta dengan perlengkapan perang trebuchet hingga longbow telah bersiap di bibir pantai Negeri Nikroleus, mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyerang dengan membangun barak dan camp peperangan.
Namun rencana itupun tertahan karena pangeran negeri mereka tertawan.
Serangan itupun terasa lebih mengerikan bagi bangsa Nikroneus karena beberapa hari sebelumnya Promeron menghilang bersama dengan tertangkapnya sang Pangeran Trolina.
Hilangnya Promeron membuat geger seantero negeri Nikroneus.
6 tahun sebelumnya Arkonan bukan siapa-siapa, dia hanya pemuda petani biasa dengan kehidupan yang tenang dan damai dipegunungan Oriklon yang berjarak satu malam dari pusat kota hingga akhirnya hidupnya menjadi sebatang kara karena adik satu-satunya yang harus dia jaga harus menjadi korban operasi dua negara.
Sejak hari itu Arkonan berjanji akan menumbangkan dua negara dan dia memutuskan untuk bergabung dengan pasukan gerilya yang disebut KRONIN dan meninggalkan seluruh harta, ternak yang selama ini dia sangat jaga, disanalah petualangan Arkonan dimulai.
Minggu pertama Arkonan bergabung dengan kelompok Kronin menjadi minggu neraka baginya, karena dia hanya seorang petani memegang pedang saja Arkonan sempoyongan, maklum saja mengangkat pedang kelompok Kronin seperti mengangkat bongkahan batu besar. Sebagian besar kelompok Kronin memiliki keahlian pedang mumpuni, untuk dapat bergabung Arkonan harus berjuang melatih keahlian semua senjata, dari panahan hingga pembuatan jebakan hutan.
Pemimpin Kronin memiliki pedang legenda yang akan selalu diteruskan kepada penerusnya, yang disebut Pedang Api, karena kemampuannya namun hanya kesatria terbaik yang akan berhak senjata maha sakti itu.
Namun nasib Arkonan malah menjadi pencundang di kelompok Kronin, dia malah menjadi bulan bulanan dan olokan rekan-rekannya karena mengayunkan pedangnya pada boneka kayu saja kwalahan. Tawa lantang dan tebahak terdengar nyaring di telinga Arkonan setiap harinya.
Namun hal itu tak berlangsung lama setelah dua minggu Arkonan bergabung, dia teringat adiknya kembali saat adiknya disergap oleh pasukan penyisir dua negara, mata ya sama berbinar dan berkaca-kaca saat matanya menatap sang adik yang ditangkap dan diseret menuju kereta kuda berjeruji, namun dirinya hanya bersembunyi dan tertelengkup dibalik jerami.
" Jika aku tidak berusaha lebih gila dari ini, aku tidak akan bisa melupakan kelemahan dan kesalahanku itu seumur hidupku"guman Arkonan dengan seringai wajah hingga gigi gerahamnya tampak jelas.
Diapun beranjak dari kelemahannya dan segera teriak sambil menebas boneka kayu itu.
Sejak hari itu Arkonan menjadi pria yang berbeda, dia mulai berlatih keras hingga mengalahkan tekat bayangan yang menghantui pikirannya.
***
Beberapa hari setelahnya..
Arkonan berlari menyusuri semak- semak belukar bersama rekan barunya, perlahan dia megendus matanya mengintip penasaran, dilihatnya rombongan suplai logistik perang dua negeri dalam pengawalan ketat. Wajah Arkonanpun memerah nafas semakin deras, tatapan bencinya sekaan tak akan memberi ampun.
"Aku telah menunggu kesempatan ini, ini saatkan melepaskan amarahku!!" bisik Arkonan seakan mau bergegas
" Tunggu dulu kou belum siap, kamu baru dua minggu bersama kami, lihatlah..! Itu lebih dari 15 orang, kau akan mati konyol disana." ujarnya
"kapan saja aku siap menghadapi mereka" ucap Arkona dengan percaya diri sambil menghuluskan pedangnya.
Suara nyaring pedang yang keluar dari selongsongnya itupun langsung mengundang siaga para penjaga rombongan itu.
" Siapa disana? keluarlah atau.., atau dalam hitungan ketiga kami akan hujani kalian dengan anak panah..! Satu..dua..
Tiba tiba pedang telah melayang kearah para penjaga rombongan hingga mengenai kereta,
" tembak...!!!!" sambil pasukan mereka kocar kacir mencari perlindungan.
Panah pun menghujani semak-semak itu...hingga terdengar teriakan kesakitan...
Mendengarnya pun para penjaga itu segera memburu dengan menyisir semak belukar itu..
Para penjaga itu hanya menemukan jejak darah...
" Sialan..sebaiknya kita lebih awas lagi.., lebih baik kita segera bergerak sebelum hari semakin gelap."ajak sang pimpinan pengawal.
di tempat lain
Arkonan dan Delius berhenti berlari sambil mengambil nafas
"maafkan aku Delius maafkan aku, seharusnya aku mendengarkan kamu"
"Asalkan kita selamat itu tidak masalah" sambil terseyum mengerang menahan anak panah yang menembus lengannya.
****Bersambung****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H