Lihat ke Halaman Asli

Irwan Jaya

Mahasiswa

Angka Kelahiran di Jepang Mengalami Penurunan

Diperbarui: 16 Juni 2024   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2319941.png (1000×886) (nippon.com) 

Angka kelahiran di Jepang mengalami penurunan drastis di Jepang telah mengalami penurunan drastis sejak Perang Dunia II. Fenomena ini dikenal sebagai "Shoushika" atau "少子化" dalam bahasa Jepang, yang berarti "perubahan angka kelahiran dengan jumlah yang lebih sedikit." Penurunan ini telah terjadi secara terus menerus sejak tahun 1975 dan berlanjut hingga saat ini.

Sejarah Modernisasi Jepang dan Perubahan Sosial

Jepang telah mengalami perubahan sosial yang signifikan sejak awal abad ke-20. Modernisasi Jepang dimulai dengan interaksi awal dengan negara-negara Barat, terutama Eropa dan Amerika. Pada tahun 1543, seorang Portugis terdampar di Tanegashima, dan hubungan perdagangan dan penyebaran agama Kristen dimulai. Pada tahun 1639, interaksi ini berhenti, tetapi Jepang kembali berinteraksi dengan Barat pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1875, beberapa sekolah untuk perempuan diresmikan, seperti Tokyo Joshi Shihan Gakkō, Meiji Jyogakkō, dan Tokyo Jyogakkō. Perempuan Jepang mulai berpartisipasi lebih aktif dalam masyarakat dan memiliki andil besar dalam modernisasi Jepang.

Penurunan Angka Kelahiran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Penurunan angka kelahiran di Jepang dapat dilihat sebagai akibat dari beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah biaya hidup yang meningkat akibat harga minyak yang semakin tinggi. Pada tahun 1974, Jepang mengalami penurunan angka kelahiran, dan fenomena ini terus berlanjut hingga saat ini. Selain itu, perubahan nilai-nilai kebersamaan menjadi individualisme juga mempengaruhi penurunan angka kelahiran. Perempuan Jepang, yang sebelumnya lebih banyak berkecimpung dalam urusan domestik, kini memiliki lebih banyak kebebasan dalam memilih pasangan dan melakukan hubungan seksualitas. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan jepang mengalami penurunan angka kelahiran.

Angka kelahiran di Jepang menurun karena beberapa faktor, termasuk:

  1. Angka Kelahiran yang Lebih Rendah Dari Kematian:
    • Jumlah bayi yang lahir di Jepang beberapa dekade terakhir terus menurun.
    • Pada tahun 2018, Jepang memiliki populasi sekitar 126.420.000 penduduk, dengan 900.000 bayi lahir dan 1,3 juta penduduk meninggal dunia, sehingga populasi kematian lebih tinggi dibandingkan dengan angka kelahirannya.
  2. Ketidaktertarikan untuk Menikah:
    • Sebuah survei oleh National Institute of Population and Social Security Research pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hampir seperlima pria dan sekitar 15% wanita Jepang tidak tertarik untuk menikah, yang merupakan tingkat tertinggi sejak 1982.
  3. Kenaikan Biaya Hidup:
    • Tingkat kelahiran melambat di banyak negara, termasuk Jepang, karena kenaikan biaya hidup, lebih banyak wanita memasuki dunia kerja, dan orang memilih untuk memiliki anak nanti.
  4. Kebanyakan Orang Tua:
    • Jepang memiliki penduduk yang sangat sibuk bekerja dan kurangnya keinginan untuk mempunyai anak, sehingga laki-laki tidak ingin menikah dan tidak punya anak.
  5. Kultur dan Budaya:
    • Jepang memiliki budaya yang sangat disiplin dan rajin, dengan pekerjaan yang berat dan waktu bekerja yang panjang, sehingga stres dan kesibukan setiap orang meningkat. Hal ini dapat menyebabkan kematian akibat terlalu banyak bekerja dan kelelahan.
  6. Pandemi COVID-19:
    • Pandemi COVID-19 juga berkontribusi pada penurunan angka kelahiran di Jepang, seperti yang disebutkan dalam beberapa sumber.

Dampak Terhadap Masyarakat Jepang

Penurunan angka kelahiran di Jepang memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat Jepang. Kekurangan usia produktif dapat berpengaruh terhadap ekonomi negara, karena kekurangan tenaga kerja yang dapat bekerja. Penurunan angka kelahiran di Jepang memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi negara. Berikut adalah beberapa dampak yang terjadi:

  1. Kekurangan Tenaga Kerja: Penurunan angka kelahiran mengakibatkan kekurangan tenaga kerja di usia produktif (15-64 tahun). Kekurangan ini membuat perusahaan Jepang mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja yang cukup, sehingga produktivitas ekonomi menurun drastis dan beberapa perusahaan bangkrut.
  2. Pengangguran dan Pensiun: Dengan berkurangnya tenaga kerja, jumlah pengangguran meningkat, dan pemerintah harus memberikan tunjangan lebih banyak untuk para pensiunan. Hal ini mengakibatkan beban generasi produktif yang semakin besar, sehingga pertumbuhan ekonomi di Jepang terhambat.
  3. Pengaruh pada Perekonomian: Kekurangan tenaga kerja dan pengangguran mempengaruhi perputaran uang, sehingga pendapatan perusahaan menurun, dan beberapa perusahaan bangkrut. Hal ini membuat perekonomian Jepang tidak stabil dan sulit untuk bersaing dengan negara lain.
  4. Dampak pada Pendidikan: Penurunan angka kelahiran juga mempengaruhi jumlah murid ajaran baru di sekolah-sekolah, sehingga beberapa SD tutup karena tidak ada murid yang mendaftar. Pemerintah Jepang harus merekrut mahasiswa dari luar negeri untuk mengisi kekurangan tenaga kerja.
  5. Dampak pada Sosial: Penurunan angka kelahiran juga mempengaruhi sosial, seperti berkurangnya teman sebaya untuk anak-anak muda dan berkurangnya jumlah penduduk asli Jepang yang digantikan oleh pendatang dari luar negeri.
  6. Kekhawatiran Dampak: Lebih dari 80% responden Jepang mulai merasa cemas dengan potensi dampak penurunan angka kelahiran, yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat Jepang di masa yang akan datang.

Kesimpulan

Penurunan angka kelahiran di Jepang telah menjadi fenomena yang signifikan sejak Perang Dunia II. Faktor-faktor seperti biaya hidup yang meningkat, perubahan nilai-nilai kebersamaan menjadi individualisme, dan kebebasan perempuan dalam memilih pasangan dan melakukan hubungan seksualitas mempengaruhi penurunan angka kelahiran. Dampak penurunan angka kelahiran ini terhadap masyarakat Jepang, seperti kekurangan usia produktif, dapat berpengaruh terhadap ekonomi negara. Oleh karena itu, penting untuk memahami fenomena ini dan mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline