Lihat ke Halaman Asli

Memilih Memaafkan Dibandingkan Balas Dendam, Damailah Dunia

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya teringat sebuah Film Serial dari Korea Selatan, salah satu negara yang saya kagumi, kagum karena kreatifitas dan inovasinya. Salah satu produknya ya itu tadi, produksi filmnya, tapi disini saya tidak akan mengangkat film drama korea yang sangat diminati oleh kaum hawa, meskipun filmnya ada sisi drama percintaannya.Yang saya angkat adalah tentang film "City Hunter", didalam film itu diceritakan seorang anak yang disiapkan untuk melakukan balas dendam atas terbunuhnya 20 orang pasukan khusus yang ditugaskan oleh negara, namun negara sendiri itu pula lah yang mengkhianati mereka, kemudian membunuh 20 orang tersebut. Dan salah satunya adalah ayah dari anak itu.

Namun dalam pembunuhan tersebut terdapat 1 orang yang selamat, jadi awalnya 21 orang, dari 21 orang 20 orang tewas ditembak. 1 Orang ini kemudian mengambil anak dari sahabatnya yang ikut tewas bersamanya untuk disiapkan membalas dendam terhadap dalang dibalik pembunuhan tersebut.

Singkat cerita si anak sudah dewasa dan sudah siap melakukan balas dendam, sudah dibekali dengan kemampuan bela diri, militer, hingga pendidikan yang terbaik, mendapatkan gelar Profesor dan PHD dari MIT. Sebuah pribadi yang dibilang sempurna.

Namun kemudian, pemuda ini dengan kecerdasannya berpikir untuk tidak membalas dendam kematian ayahnya. Balas dendam disini dalam artian membalas dengan yang serupa, yaitu membalas dengan kematian yang serupa yang menimpa ayahnya. Pemuda ini memilih memaafkan, namun bukan berarti membiarkan begitu saja. Dia tetap berusaha untuk menyerahkan para pelaku ke pengadilan, biar hukum yang mengadili.

Pemuda itu berpikir jika dia melakukan balas dendam, maka kedepan dia pun akan bernasib sama, menjadi target balas dendam berikutnya, dan begitulah seterusnya, sehingga pikirnya hal tersebut harus dihentikan rantainya, supaya dia bisa hidup normal tanpa ada rasa ketakutan.

***

Melihat perkembangan hubungan Israel-Palestina saat ini yang kembali memburuk, dan kembali saling serang dengan membabi buta, jatuh lagi korban nyawa yang tak berdosa, saya sangat prihatin dan miris. Pemicunya berawal dari penculikan dan pembunuhan 3 orang remaja Israel yang dituduhkan kepada HAMAS, kemudian Israel membalasnya dengan membunuh 1 orang pemuda Palestina, setelah itu kemudian dibalas lagi dengan serangan roket, roket dibalas dengan serangan udara, begitu seterusnya saling membalas... prihatin

Padahal tidak lama sebelum kejadian itu kedua belah pihak pernah didamaikan oleh seorang Paus di Vatikan, saling berdoa untuk kedamaian kedua belah pihak, dengan kejadian itu hapuslah sudah usaha itu sia-sia.

Andaikan saja kedua belah pihak bisa menahan diri, kalau memaafkan mungkin bisa jadi tidak realistis. Menahan diri saja untuk tidak melampiaskan nafsunya dulu. Mungkin kejadian tersebut tidak terjadi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline