Bumi lagi sakit. Mungkin itu kalimat yang bisa menggambarkan kondisi bumi kita pada saat ini. Mungkin bumi kita ini butuh waktu sejenak untuk istirahat. Beberapa media mengabarkan kalau polusi udara diberbagai belahan bumi berkurang, udara lebih bersih dari pada biasanya.
Dengan adanya covid-19 yang lagi meraja Lela diseluruh permukaan bumi,Seolah-olah penghuninya dipaksa untuk tidak melakukan aktivitas. Dipaksa untuk mengurung diri dirumah. Jutaan orang dengan jutaan kendaraan yang tidak beroperasi seperti biasanya. Membuat bumi kita bisa sedikit bernafas dari sesaknya asap kendaraan, bisingnya suara knalpot.
Termasuk di negeri kita tercinta Indonesia. Para pelajar sudah mulai diliburkan. 14 hari yang diberikan pemerintah untuk tidak dulu belajar disekolah seperti biasanya. 14 hari, tentu pihak yang berwenang mempunyai maksud kenapa para pelajar harus sampai diliburkan.
Tentu untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Supaya virus yang sudah menyerang tidak bertambah lagi jumlah korbannya. Bahkan perhari ini saja sudah ada ratusan pasien yang dinyatakan positif terjangkit virus Corona. Virusnya tidak pandang bulu, orang biasa, pejabat,orang kaya, orang miskin pun semuanya kena. Dia tidak memilih siapa yang akan menjadi korbannya.
Pesepak bola terkenal, sudah ada yang kena. Artis top dunia, sudah ada yang kena. Bahkan pagi tadi saya membaca berita seorang pejabat, seorang wali kota pun sudah kena virus ini. Betapa kita tidak boleh meremehkan virus yang tidak kelihatan seperti apa wujudnya ini.
Tapi amat sangat disayangkan. Ditengah keputusan pemerintah meliburkan pelajar, banyak berita miris tentang mereka. Pelajar yang ketahuan keluyuran lah, main warnet dan sebagainya. Memang nya mereka menganggap ini liburan? Memang betul mereka diliburkan sekolah, tetapi himbauannya tidak boleh keluar rumah dan harus belajar di rumah.
Tetapi juga menjadi dilema, kalau sekolah mereka menerapkan pembelajaran secara online dan mereka juga punya fasilitas untuk itu tentu tetap bisa melakukan proses belajar mengajar. Namun bagi mereka yang tidak punya hp android misalnya, mereka harus belajar dimana? Tetapi zaman sekarang rata-rata pelajar sudah memiiki hp android. Begitu terasa fungsi hp android tersebut disaat-saat seperti ini.
Bencana covid-19 ternyata tidak hanya berpengaruh kepada siswa. Dampak paling parah dirasakan oleh para pencari nafkah yang cenderung mengharapkan orang banyak keluar rumah. Pedagang kaki lima misalnya, siapa yang akan membeli dagangan mereka kalau semua orang tidak keluar dari rumah mereka. Driver ojek online, para pelajar yang biasa menggunakan jasa mereka juga tidak bisa membantu mereka kali ini.
Hmmm..mungkin ini ujian bagi kita. Semoga bumi kita lekas pulih, biarlah asap dan bising kendaraan kembali seperti biasanya. Para pelajar bisa kembali ke sekolah seperti seharusnya. Dan para pencari nafkah yang sedikit kehilangan senyuman mereka hari ini supaya kembali lagi senyuman itu. Lekas pulih bumiku, semoga tidak bertambah lagi korban. Dan semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H