Lihat ke Halaman Asli

Irwan Ade Putra

seorang yang sedang belajar mengajar

Sedikit Latah Boleh, Kan?

Diperbarui: 28 September 2017   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

screenshot youtube

"Sepenggal dari Film G30S/PKI"

Film penumpasan penghianata Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, film yang lagi marak menjadi perbincangan, berita tentang pro kontra pemutaran film yang pernah rutin diputar tengah malam setiap tgl 30 september hingga sebelum Indonesia memasuki era reformasi.

Tapi saya tidak perlu membahas substansi atau muatan kenapa film tersebut harus diputar atau kenapa tidak perlu diputar, karena bagi saya yang namanya film kalau suka nonton, pun kalau tidak sepekat tidak usah nonton. Gitu aja koq repot...

Toh film produksi orde baru tersebut, bisa ditonton kapan saja sekarang dan tidak perlu menunggu momen 30 September. Film yang berdurasi 271 menit kini sudah tersedia dibeberapa situs online apalagi di youtube hingga penggalan adegan film yang dijadikan parodi.

Hari itu, 25 September 2017 atau 5 sebelum 30 September saya sempat bersama beberapa teman di Sebelaspro sempat nonton bareng diyoutube. Layaknya nonton bareng suasana ruangan menjadi remang-remang sebab lampu ruanganpun dimatikan berharap bisa seperti menonton di studio XXI dan dimeja sudah terhampar terang bulan yang siap disantap sambil menatap monitor komputer.

Tak lama sejak film memulai berputar, saya mencoba menyimak beberapa adegan situasi rapat koordinasi dan pertemuan dalam menyusun pergerakan oleh para tokoh Partai Komunis Indonesia atau yang lebih populer PKI. Tampak begitu apik film ini dibuat hingga penonton dibuat terbawa suasana yang dramatik hingga yang pernah melakukan rapat-rapat dalam menyusun rencana apapun dalam sebuah organisasi pasti akan mencermati adegan demi adegan.

JIBI Photo

Kepulan asap, asbak yang berisi puntung rokok, gelas kopi, kertas dan pulpen menjadi properti khas yang menjadi penting dalam situasi tersebut. Terlebih lagi narasi dari dialog yang diucapkan, pasti yang pernah melewati situasi tersebut akan mengingat apa yang pernah dirasakannya.

Penggalan adegan tersebut menjadi menarik bagi saya, terkhusus saat rapat oleh PKI. Terlepas apapun yang direncanakan oleh mereka saat itu, melihat adegan tersebut bahwa tokoh-tokoh dalam pergerakan sebelum dan awal kemerdekaaan Indonesia merupakan orang-orang yang betul menjunjung tinggi nilai-nila ideologi organisasi dan kepentingan tujuan gerakan bersama. Mungkin tokoh tokoh penggerakan dimasa itu betul-betul berfikir kepentingan kelompok/partai/organ masih sedikit berfikir tentang kepentingan diri sendiri.

Saat film terus melaju, saya sempat berfikir tentang adegan-adegan rapat tersebut pada konteks kekinian. Simpulan menurut saya bahwa adegan rapat kelompok/partai/organ kini senantiasa disertai dengan intrik kepentingan personal ketimbang akselerasi dinamika kepentingan bersama. Tidak jarang publik disuguhi agedan para tokoh/petugas partai saling sikut, saling jegal, saling terjang antar sesama kader dan lucunya lagi bisa sangat akrab "politis" dengan kader partai lain yang notabene harusnya menjadi lawan/musuh "politik".

Ya mungkin hanya sekedar tesa yang lahir saat menonton film yang lagi hits bahkan bisa menyaingi film box office hollywood, berharap saya bisa melahirkan antitesa yang bisa berujung pada sintesa dalam prosesku berdialektika dengan film yang hampir saja hilang atau rusak dimakan rayap.

Makassar, 25 Sept 2017

Selamat Malam Indonesia
 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline