Lihat ke Halaman Asli

IRWAN ALI

Peneliti di Lingkar Data Indonesia

Zaman Tanding(an)

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Persiapkan diri dan mental anda, saat ini kita telah memasuki Zaman Tanding(an). Sebuah era dimana “Tanding-Tandingan” menjadi populer. Pada era ini semua bisa dipertandingkan. Tidak hanya pada bidang olah raga seperti sepak bola, bulu tangkis, tinju, karate, dan lain-lain, tapi bidang lainpun seperti politik menjadi arena pertandingan yang menggairahkan bagi para pelakonnya. Ada DPR Tandingan, Gubernur Tandingan, dan Munas Tandingan. Mungkin berikutnya menyusul Istri Tandingan, Suami Tandingan, pacar tandingan, Ibu dan Bapak Tandingan, Selingkuh Tandingan, dan seterusnya.

Sebagai penonton, saya dan mungkin juga anda, layaknya sedang duduk di sebuah stadion pada deretan kursi VVIP berteriak menyoraki mereka satu sama lain. Arti sorakan itu mungkin berbeda tatkala menyoraki Tim sepak bola favorit saya. Sorakan kali ini sedikit agak bernada sumbang. Geli, marah, muak, tumpah menyatu dalam pekik sorakan itu. Satu yang pasti tidak ada sedikitpun kebanggaan menyaksikan pertandingan itu.

***

Pada Sabtu, 6 Desember 2014 pukul 21.50 WITA, saya bertanya kepada Om Google, dengan mengetik kata kunci “DPR TANDINGAN”. Sebanyak 865.000 laman web dengan waktu pencarian 0,13 detik yang siap dibuka dan laman-laman ini akan bertutur tentang DPR TANDINGAN.

Di waktu yang sama saya kembali mengetik kata kunci “GUBERNUR DKI TANDINGAN”. Ini lebih gila, sebanyak 1.360.000 laman web yang siap berkisah tentang GUBERNUR DKI TANDINGAN.

Ternyata, masih ada yang lebih gila. Kata kunci saya ganti dengan “MUNAS GOLKAR TANDINGAN” ada sebanyak 2.050.000 laman web terhampar.

Tidak terlalu rumit untuk mengenali motif dari kisah-kisah menggelikan di atas. Jawabannya hanya satu, Perburuan tahta dan kekuasaan. Saya sangat berharap jawaban saya salah. Karena jika benar, maka apa lagi yang bisa diharapkan di negeri ini? Mereka yang seharusnya menjadi negarawan sejati, justru terhempas pada titik hasrat kehidupan paling rendah. Bukankah harimau di Sumatera sana juga kerap berkelahi karena berebut daerah kekuasaan?

Dengan melabeli nama DPR Tandingan, Gubernur Tandingan, dan Munas Tandingan, sebenarnya mereka sudah mengakui bahwa kelompok mereka bukan yang “Sah” tapi hanya “Tandingan” alias imitasi, alias palsu. Tujuannya hanya satu, “Mengacaukan”.

Apapun itu, semoga mereka kembali kompak hidup dalam damai dan menjadi negarawan sejati yang berjuang menyumbangkan ide-ide cemerlang untuk kemajuan bangsa tercinta ini. Sudah cukuplah bangsa kita menjadi bahan olok-olok Negara lain. Negara peng-ekspor tenaga kerja termurah di dunia, Negara yang tenaga kerjanya di setrika, di perkosa, di gantung di Negara lain, Negara yang penjaranya dipenuhi oleh para pejabatnya yang korup. Jangan lagi ditambah dengan elit-elitnya yang main tanding-tandingan. 4 juta lebih laman web di google telah cukup mengabarkan ke dunia, bahwa Indonesia kini tengah memasuki Zaman Tanding(an) … hehehe

Mengutip kalimat bijak Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi, “Orang bodoh membangun tembok pemisah dalam hatinya, orang bijaksana merobohkan tembok pemisah tersebut dan hidup berdampingan secara damai dengan orang lain”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline