SERDADU dengan bambu runcing di tangan kanan, tampak berdiri gagah. Didampingi jururawat wanita di sebelahnya, mereka seakan menunjukkan kegigihan pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Ini memang hanya patung semata yang berdiri kokoh di Gedung Juang Kota Pematangsiantar atau yang selama ini dikenal dengan nama Gedung Nasional. Namun, setidaknya bisa menjadi potret keheroikan para pejuang pada masa kemerdekaan.
Sayangnya, keberadaan patung ini di Gedung Juang sekarang tampak sangat kontras dengan kondisi bangunan tersebut. Mirip tempat jin buang anak. Serba terbengkalai tanpa perawatan sama sekali.
Wajar saja kalau di sini sering menjadi tempat mangkal anak-anak 'punk' yang suka berdandan aneh-aneh dan mencari sesuap nasi dari belas kasihan orang di lampu merah. Agaknya sedikit pun tak ada rasa takut mereka bersua dengan pejuang dengan bambu runcing terhunus. Mereka seakan tak peduli bagaimana dulu para pejuang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Beberapa waktu lalu dikabarkan lantai dua gedung bersejarah ini sempat terbakar akibat ulah anak-anak 'punk'.
Ironisnya, gedung juang ini persis berada di jantung kota Siantar yang bersejarah. Bahkan dari Kantor Walikota hanya berjarak seratusan meter saja. Tak pelak lagi, tudingan miring pun sering tertuju ke pemerintah kota ini. Bukan hanya karena seakan tak memperdulikan para pejuang kemerdekaan dulu. Pemerintah setempat juga dianggap tidak mau mempertahankan gedung yang termasuk sangat bersejarah itu.
Seperti diketahui, gedung ini berasal dari masa penjajahan dulu. Waktu itu gedung digunakan untuk tempat kongkow para petinggi perkebunan di sana. Tempat berdansa, bercandaria, dan mabuk-mabukan.
Setelah merdeka gedung yang berdiri di lahan seluas sekitar 1 hektare ini pun diambil alih pemerintah. Penanganannya diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun yang waktu itu beribukota di Pematangsiantar. Setelah pindah ke Pematangraya, aset-aset yang tertinggal tidak terurusi lagi. Inilah yang menyebabkan Gedung Juang jadi kian morat-marit.
Sebenarnya Pemkab Simalungun sempat menyerahkan pengelolaan gedung ke Korem setempat. Sempat pula disewa pihak swasta menjadi restoran. Belakangan Gedung Juang seperti rumah tak bertuan. Sebagian digunakan sebuah gereja untuk tempat kebaktian. Namun itu tak menolong Gedung Juang untuk berbenah diri. (irwan e siregar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H