Lihat ke Halaman Asli

Irwan E. Siregar

Bebas Berkreasi

Mengapa Warga Pekanbaru dan Riau Berbahasa Minang?

Diperbarui: 5 Januari 2022   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

ORANG Minang terkenal sebagai perantau yang tangguh. Hampir di seluruh pelosok dunia bisa ditemukan warga keturunan bundo kandung ini. Bahkan ada yang sudah beberapa generasi beranakpinak di perantauan.

Mereka bisa betah hidup di negeri orang tak lain karena menerapkan pepatah nenek moyang: "Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung." Pepatah ini pula yang menyebabkan kedatangan mereka ke perantauan selalu diterima dengan tangan terbuka. Orang Minang pun pandai bergaul, sehingga bisa langsung akrab dengan tuan rumah.

Di Medan, misalnya, orang Minang yang baru beberapa saat datang ke Medan sudah langsung bisa berbahasa Medan. Padahal boleh jadi dia berasal dari pedalaman di Sumatera Barat, yang selama ini tak pernah mendengar bahasa itu. 

Hal ini bisa dilihat di komunitas orang Minang di Medan, seperti di kawasan Sukarame, Kotamatsum, dan sekitarnya. Sesama mereka dalam kehidupan sehari-hari tak lagi menggunakan bahasa Minang, tapi sudah berbicara dalam logat Medan yang kental.

Lebih menarik lagi di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Ada kawan memberi tips: "Kalau mau belanja murah, pakai bahasa Minang." Bukan bahasa Jawa. 

Sebab kebanyakan pedagang kaki lima di sana berasal dari Minang. Namun mereka tak menggunakan bahasa asalnya di sana, sehingga banyak yang menyangka mereka orang Jawa.

Hal seperti ini rasanya terjadi juga di tempat perantauan lain. Namun, ada satu tempat perantauan yang berbeda. Yakni di Pekanbaru dan daerah lainnya di Provinsi Riau. Perantau Minang sangat banyak di kawasan ini. Dan mereka umumnya tetap menggunakan bahasa daerah asalnya, sehingga bahasa Minang boleh dikatakan menjadi bahasa sehari-hari di Riau. Baik itu di pasar maupun tempat umum lainnya.

Bahkan di sekolah pun, anak-anak yang baru masuk sekolah masih sering menghitung dengan angka: ciek, duo, tigo, ampek... Kalau tak pandai berbahasa Minang di Riau, kita akan kesulitan dalam berkomunikasi. Sebab Orang Melayu dan pendatang lainnya pun sudah ikut-ikutan berbahasa Minang.

Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Padahal Riau merupakan tanah Melayu yang memiliki bahasa sendiri. Bahkan bahasa Indonesia disebut berasal dari Bahasa Melayu.

Ada yang mengatakan hal ini bisa terjadi karena setelah merdeka kawasan ini secara teritorial masuk ke Provinsi Sumatera Tengah yang beribukota di Bukittinggi.

Hal ini menyebabkan Riau menjadi banyak tergantung ke pusat pemerintahan yang terletak di Sumatera Barat ini. Para pegawai pemerintah, termasuk guru, banyak didatangkan dari sana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline