Suatu malam yang penuh sorotan, dipenuhi dengan nuansa tegang dan harapan, debat capres pada 12 Desember 2023 menyajikan pertunjukan politik yang dinanti-nantikan.
Para calon presiden seperti Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo berada di tengah panggung, berlomba-lomba menarik perhatian pemilih dengan pidato-pidato retoris mereka.
Meski demikian, seperti koin yang memiliki dua sisi, muncul pertanyaan! Apa yang sebenarnya tak terungkap di balik panggung debat capres?
Pertama-tama, mari kita membayangkan, keberadaan para kandidat di belakang layar. Sebelum langit panggung diterangi sorot lampu, para calon presiden telah menjalani persiapan yang panjang.
Konsultasi dengan tim kampanye, briefing intensif, dan simulasi debat menjadi bagian rutin dari persiapan yang tersembunyi dari mata publik.
Mereka dengan segala strategi, mempersiapkan agar setiap kata yang diucapkan memiliki bobot dan dampak yang diinginkan.
Namun, di balik kesibukan dan seriusnya persiapan, seringkali terdapat momen kebersamaan dan kekompakan di antara para calon presiden.
Ketiga calon tersebut, bukan hanya rival politik tetapi juga manusia yang memiliki interaksi, tawa, dan komunikasi di luar panggung. Meski bersaing, setidaknya di balik layar, ada aspek kemanusiaan yang tak terungkap oleh sorotan media.
Pada saat berada di panggung, aura pertarungan seolah meresapi udara. Setiap capres berusaha mengungguli yang lain dengan pidato retorisnya yang memikat.
Anis Rasyid Baswedan, dengan kepiawaian berbicaranya, mampu memukau pendengar dan mengajak mereka memimpikan perubahan positif.
Prabowo Subianto, dengan karismanya yang khas, membangun keterhubungan emosional dengan pemilih.