Lihat ke Halaman Asli

Melawan Amplop Hitam: Kisah Keadilan dan Integritas di Dunia Politik

Diperbarui: 26 Oktober 2023   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi praktik politik uang (Sumber Foto Kompas.com)

Melawan Amplop Hitam : Kisah Keadilan dan Integritas di Dunia Politik

Suara gemuruh dan hiruk pikuk meramaikan gedung parlemen yang megah itu. Para wakil rakyat dari berbagai wilayah berkumpul di dalam ruangan besar yang dikenal sebagai "Ruang Sidang Utama." Hari ini adalah hari penting, hari di mana anggaran negara akan disetujui. Tapi di balik keramaian dan kesan megah, ada suatu kisah yang bersemi dalam diam.

Di kursi belakang ruangan, duduk seorang legislator bernama Maria. Maria adalah seorang perempuan muda yang tulus dan ramah kepada rakyatnya. Dia berasal dari daerah pedesaan yang jauh dari ibu kota negara. Maria tumbuh dalam keluarga yang sederhana dan selalu diajarkan untuk menjadi orang yang jujur dan berintegritas.

Saat pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen, Maria merasa begitu bersemangat. Dia percaya bahwa dia bisa membuat perubahan nyata bagi rakyatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia semakin menyadari bahwa dunia politik tidak seperti yang dia bayangkan. Prinsip-prinsipnya sering diuji oleh godaan korupsi dan ketidakjujuran yang merajalela di kalangan sesama legislator.

Hari ini, di ruang sidang, Maria merasa dilema. Dia telah mendengar berbagai pembicaraan tentang "dorongan amplop." Dorongan Amplop adalah praktik korupsi di mana legislator menerima uang atau hadiah dari pihak-pihak yang ingin mempengaruhi keputusan politik mereka. Maria selalu menolak dorongan semacam itu, tetapi tekanan dari beberapa kolega yang terlibat dalam praktik tersebut semakin kuat.

Ketika sidang berlangsung, Maria menyadari bahwa banyak legislator lain yang telah menerima amplop dari berbagai pihak. Beberapa di antara mereka bahkan terlihat bangga dengan hal tersebut. Sebuah dorongan yang sangat besar bisa membuat hidup mereka lebih nyaman, sementara rakyat yang wakil mereka masih hidup dalam kesulitan.

Pada suatu titik, seorang kolega datang kepada Maria dan menawarkan sebuah amplop besar yang berisi uang. Dia menyebutnya sebagai "ucapan terima kasih" dari sebuah perusahaan besar yang ingin mendapatkan dukungan Maria untuk proyek mereka. Namun, Maria tahu bahwa proyek tersebut merugikan rakyatnya. Dia menolak dengan tegas.

Malam itu, Maria duduk di ruangannya yang sederhana. Dia merenungkan tentang perjuangannya dan pertarungannya dalam dunia politik yang keras ini. Pikirannya melayang ke masa kecilnya di desa, di mana dia melihat orang tuanya bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mereka mungkin hidup sederhana, namun mereka selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan integritas.

Maria tahu bahwa dia tidak bisa melawan semua praktik korupsi sendirian. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa mempertahankan prinsip-prinsipnya. Dia mulai mencari cara untuk membuat perubahan yang lebih besar. Dia mulai berbicara dengan beberapa legislator lain yang juga merasa terguncang oleh dorongan yang menyelimuti dan tekanan korupsi.

Mereka membentuk sebuah kelompok yang mereka sebut "Koalisi Keadilan." Tujuan mereka adalah membersihkan politik dari korupsi dan memperjuangkan kepentingan rakyat dengan tulus. Mereka mulai mengumpulkan bukti-bukti tentang praktik korupsi di parlemen dan berani melaporkannya kepada lembaga anti korupsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline