Orang lain saja bisa, kenapa kita enggak?/kita pun bisa!
Apa yang terbayang oleh kita ketika membaca atau mendengar sekelumit kalimat di atas? Pasti yang akan muncul dalam benak kita di antaranya momen ketika mengikuti seminar tips dan trik sukses dari orang ternama, keadaan ketika kita sedang menggebu meraih suatu capaian, dan atau kondisi di mana kita sedang berjuang setelah suatu kekalahan, iya kan? satu sisi kalimat di atas membawa suatu semangat baru, motivasi untuk terus bergerak, dan jiwa tidak mau kalah, tetapi pernahkah kita berpikir bahwa kalimat tersebut memiliki pengaruh kurang baik terhadap diri kita?
Satu dengan yang lain, manusia memiliki keterbatasan dan kapasitas yang berbeda. Kita pun memiliki keinginan dan jalur nasib yang berlainan. Dari pemahaman dasar tersebut dapat diartikan bahwa kehidupan ini, kita sepenuhnya menyetir sendiri ke mana arahnya berdasarkan kekuatan dan kelemahan. Kita melakukan kendali penuh dan bertanggung jawab atas diri sendiri bukan orang lain. Kita adalah pemimpin terhadap diri sendiri. Kita adalah bos untuk diri sendiri.
Resolusi, mimpi, dan harapan akan menjadi sia-sia dan hanya beban belaka ketika kita bersandar pada standar kesuksesan orang lain. Fenomena yang terjadi saat ini adalah ketika kesuksesan ditentukan dengan taraf kesuksesan orang lain. Kita pernah mendengar ucapan "Lihat tuh dia sudah bisa kuliah, kamu kapan?", atau bahkan berucap "Gilak! dia udah punya mobil, gua kapan yak?" dan "Kalau dia aja bisa punya Iphone, gua juga bisa." Bermula dari ucapan seperti itulah yang tanpa sadar membebani kehidupan kita.
Kalimat pembuka di atas seolah mengharuskan kita untuk "memaksa" berjalan yang sama dengan orang lain. Melakukan tindakan-tindakan di luar yang kita kuasai, atau buruknya yakni kita memahami bahwa sukses adalah sesuatu yang sama persis dengan apa yang dicapai oleh orang lain. Selama kita tidak menyamai capaian orang lain, selama itu pula kita merasa gagal. Hidup memang sebuah pertaruhan tapi bukan mempertaruhkan diri kita untuk mimpi orang lain. Bukan itu tujuan hidup kita, iya kan?
Kesalahan awal kita menyusun hidup adalah mendengarkan dan melihat orang lain, sebagaimana kalimat pembuka di atas. Semakin kita menanamkan dalam diri "Jika orang lain bisa, saya juga harus bisa." Semakin jauh pula kehidupan kita dari hal-hal yang realistis. Terlalu yakin jika kesuksesan orang lain dapat kita capai, dan menganggap capaian orang lain adalah capaian kita merupakan kesalahan pertama hidup kita tidak bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H