Lihat ke Halaman Asli

Good Words

Put Right Man on the Right Place

Waspadai "The Great Ghosting", Tren Resign Kerja Tanpa Pemberitahuan

Diperbarui: 10 November 2021   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penat berkerja dan ingin mengundurkan diri | Sumber:pexels/@karolina-grabowska

Mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan merupakan hal yang sangat wajar. Hak memilih untuk bertahan ataupun resign melekat erat di setiap individu angkatan kerja.

Akhir-akhir ini, media sosial selalu diramaikan oleh berita-berita viral soal hiruk pikuk dunia kerja yang menggambarkan betapa semakin tidak harmonisnya hubungan perusahaan dengan karyawan yang mereka pekerjakan. Rasanya semua orang selalu mengedepankan amarah dan emosi yang akan menjadi penyesalan di masa depan.

Sejutu tidak setuju, isu norma dan kesopanan menjadi perhatian utama di lingkungan kerja saat ini. Kekasaran dan perilaku buruk dengan cepat merambah ke tempat kerja, proses pencarian kerja dan wawancara.

Sebuah aplikasi anonim (sebut saja aplikasi mawar) untuk pencarian kerja melakukan survei terhadap 5.356 profesional terverifikasi dari 30 September hingga 5 Oktober 2021. Platform terkenal ini digunakan oleh pekerja di beberapa perusahaan paling dihormati di dunia.

Melihat tren terkait durasi pekerjaan, aplikasi "mawar" menemukan bahwa banyak karyawan yang berhenti dari pekerjaan tanpa memberi tahu manajer mereka atau divisi HRD perusahaan dalam satu setengah tahun terakhir.

Secara umum, biasanya ketika seseorang siap untuk mengundurkan diri, paling tidak mereka akan memberi tahu atasan mereka atau menulis surat pengunduran diri yang memberi tahu atasan langsung tentang keputusan mereka. Jangka waktu pemberitahuan minimal dua minggu sebelum pengunduran dri telah menjadi standar selama ini.

Seorang eksekutif tingkat senior bahkan dapat memberikan tenggat waktu pemberitahuan yang lebih lama untuk mengurangi beban kerja secara bertahap dan melatih staf pengganti baru untuk mengisi posisi yang Anda tinggalkan.

Biasanya, percakapan dalam proses pengunduran diri akan terasa sangat canggung. Namun, siapapun karyawannya, orang yang mengundurkan diri tidak ingin keluar dengan cara yang buruk. Mereka ingin memiliki referensi yang baik untuk masa depan dan tetap terhubung dengan orang-orang di perusahaan untuk mempertahankan jaringan yang mendukung.

Di pasar kerja yang penuh persaingan, seperti yang kita hadapi sekarang, manajer akan menyampaikan masalah ini kepada bos mereka, HRD dan beberapa eksekutif puncak. Akan evaluasi penuh pada orang tersebut untuk membuat mereka tetap tinggal. 

Jika karyawan terbaik, manajemen akan berlasan akan sulit mencari pengganti orang tersebut di pasar kerja yang kompetitif.Penawaran balasan dibuat dalam upaya untuk membuat orang tersebut tetap tinggal. 

Ilustrasinya seperti putusnya sebuah hubungan, "Aku minta maaf! Selama ini aku tidak tahu begitu banyak masalah yang kamu hadapi", kata bos Anda.

Untuk meyakinkan lagi, dia akan menambahkan, "Kita punya rencana besar untuk kamu. Ada pembicaraan tentang kenaikan gaji dan promosi". 

Sementara itu, Anda berpikir ulang, "Mengapa kalian menunggu saya berhenti baru naik gaji dan promosi?"

Perusahaan tidak akan mudah menyerah. HRD memanggil Anda untuk exit interview. HRD tentu saja bertindak simpatik dan pengertian, sambil mencoba menggali apa yang terjadi di departemen yang membuat Anda ingin pergi. Meskipun berpeluang untuk menyalahkan atasan atau rekan kerja lainnya, tentu saja tidak ingin menjebak atasan Anda dalam rumitnya permasalahan pengunduran diri Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline