Lihat ke Halaman Asli

Good Words

Put Right Man on the Right Place

3 Strategi Merangkul "Neurodiversity", Keragaman Saraf di Lingkungan Kerja

Diperbarui: 7 November 2021   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bekerja dalam lingkup neurodiversity atau keragaman saraf.|Sumber:pexels/@kampus

Tak bisa dimungkiri bahwa di setiap proses perekrutan karyawan baru, pihak perusahaan menetapkan beberapa standar kelayakan untuk menyeleksi orang-orang yang dianggap mumpuni menempati berbagai posisi.

Tak ayal, perusahaan mencari kandidat-kandidat terbaik untuk mengisi posisi-posisi strategis yang berdampak besar bagi pertumbuhan dan perkembangan lingkungan kerja. Untuk mencari "kandidat tanpa celah", terkadang perusahaan tidak mentolerir kandidat yang tidak sesuai dengan standar yang dtetapkan.

Terkadang perusahaan tidak siap dengan keberagaman, sehingga cenderung bersikap monoton dengan asumsi sempit dalam menilai setiap calon karyawan maupun yang sudah menjadi karyawan.

Istilah "kepala boleh sama hitam, tetapi isi kepala berbeda-beda" tampaknya cocok juga menggambarkan secara sederhana tentang neurodiversity atau keberagaman saraf. Faktanya setiap manusia dianugerahi berbagai keunggulan dengan berbagai kondisi, termasuk keberagaman saraf yang dimiliki.

Pernahkah terbayangkan perusahaan memberi ruang khusus bagi mereka yang memiliki berbagai keanekaragaman neurokognitif seperti; ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder ), ASD (Autism Spectrum Disorder), Dyslexia dan Dyscalculia. Sebagian besar perusahaan masih memandang neurodiversity sebagai keterbatasan dan hambatan yang sering dihindari perusahaan.

Faktanya, laporan World Economic Forum mengatakan bahwa pada tahun 2025, keterampilan yang dimiliki oleh SDM yang masuk kategori di disabilitas neurokognitif seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, manajemen diri, bekerja dengan baik dengan orang-orang, dan komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk kemajuan perusahaan.

Perlu kita pahami, neurodiversity merupakan aspek keragaman saraf atau orang-orang yang memiliki keanekaragaman neurokognitif yang memiliki bakat, perspektif, dan keterampilan yang sangat bermanfaat di berbagai lingkungan kerja. Neurodiversity menyimpan keunggulan kompetitif yang bisa memajukan perusahaan yang pintar mengelolanya dengan baik.

Sejauh ini, perusahaan masih berfokus terutama pada orang-orang penyandang autis, program yang merangkul penyandang neurodiversity seharusnya dapat diperluas kepada orang-orang yang terkena dyspraxia (gangguan fisik berbasis neurologis), disleksia, ADHD, gangguan kecemasan sosial, dan kondisi lainnya.

Banyak orang dengan gangguan ini memiliki kemampuan di atas rata-rata; penelitian menunjukkan bahwa beberapa kondisi, termasuk autisme dan disleksia, dapat memberikan keterampilan khusus dalam pengenalan pola, memori, atau matematika.

Namun mereka sering mengalami diskriminasi karena pihak perusahaan tidak memahami kondisi neurodiversity, sehingga mereka selalu kesulitan menyesuaikan diri dengan profil yang dicari oleh perusahaan .

Orang dengan neurodiverse sering membutuhkan akomodasi tempat kerja, seperti headphone untuk mencegah stimulasi pendengaran yang berlebihan, untuk mengaktifkan atau meningkatkan kemampuan mereka secara maksimal. Terkadang mereka menunjukkan keeksentrikan yang menantang.

Dalam banyak kasus, akomodasi dan tantangan dapat dikelola dan potensi pengembaliannya besar. Tetapi untuk menyadari manfaatnya, sebagian besar perusahaan harus menyesuaikan kebijakan rekrutmen, seleksi, dan pengembangan karir mereka untuk mencerminkan definisi bakat yang lebih luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline