Sedang marak diperbincangkan terkait resiko yang mengintai saat kita mencetak sertifikat vaksin dalam bentuk kartu. Di banyak negara, termasuk Indonesia, setiap masyarakat yang telah disuntik vaksin COVID-19 baik dosis pertama maupun kedua akan menerima sertifikat vaksin. Sertifikat ini bisa diunduh lewat situs PeduliLindungi.
Masyarakat cukup masuk ke situs PeduliLindungi untuk bisa mengunduh sertifikat atau mengundung melalui akun masing-masing di aplikasi PeduliLindungi.
Namun, akhir-akhir ini banyak masyarakat yang mencetak kartu melalui jasa percetakan dengan dalih agar bisa digunakan untuk syarat perjalanan dan akses masuk ke beberapa tempat layanan publik.
Sayangnya, mencetak kartu vaksin ini sebenarnya tidak diperlukan karena rawan penyalahgunaan. Berikut resiko yang mengintai saat mencetak kartu vaksin:
Risiko pelanggaran dan penyalahgunaan data
Meski disebut sertifikat vaksin, tetapi wujud sertifikat tidak berbentuk seperti sertifikat tanah atau sertifikat penghargaan lain yang bentuk fisiknya berupa kertas. Sertifikat tersebut tersimpan di aplikasi PeduliLindungi.
Karena itu, banyak yang menawarkan jasa cetak kartu vaksin. Bentuknya seukuran KTP atau kartu ATM. Tujuannya agar lebih praktis, mudah dibawa, dimasukkan dompet dan bisa segera ditunjukkan.
Mencetak sertifikat vaksin dalam bentuk kartu artinya kartu tersebut harus dijaga agar tidak tercecer atau hilang. Sebab dalam sertifikat vaksin berisi informasi data diri penting yang meliputi:
- Nama lengkap yang dicantumkan pada sertifikat
- Nomor Induk Kependudukan (NIK)
- Tanggal lahir
- Kode batang (barcode)
- ID
- Tanggal vaksin diberikan
- Informasi vaksinasi dosis ke berapa
- Merek vaksin yang diperlukan
- Nomor batch vaksin
- Pernyataan kesesuaian dengan peraturan Menteri Kesehatan Indonesia
Bisa dibayangkan, data pribadi kita yang sedemikian lengkap bisa disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk berbagai hal negatif seperti mengakses pinjaman online hingga berbagai tindak kriminal lainnya.
Pemerintah tidak mengharuskan
Sama sekali tidak ada persyaratan yang mengharuskan masyarakat mencetak sertifikat vaksin dalam bentuk kartu. Baik pemerintah maupun penyedia layanan perjalanan dan layanan publik tidak mewajibkan sertifikat vaksin dalam bentuk kartu fisik. Cukup tunjukkan sertifikat resmi yang diterbitkan melalui PeduliLindungi.