Lihat ke Halaman Asli

Dilema Pendidikan Nasional

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

DILEMA PENDIDIKAN NASIONAL

Kembalikan Keluhuran Nilai Pendidikan INDONESIA !

PENDIDIKAN ialah konsepsi untuk sebuah HARAPan baru,

hingga PERADABAN akan berkembang

seiring kekuatan AKHLAQ dan AKAL yang terDIDIK. …

Konsepsi Amanah, Pendidikan untuk Peradaban

Seyogyanya dunia ini adalah refleksi bangunan sejarah dari setiap zaman kehidupan dan peradaban manusia, kenyataan hari ini tak akan pernah lepas dari rekayasa masa lalu dan proyeksi untuk masa depan, lalu terlintas sebuah pertanyaan mendasar, harus seperti apa kah dunia dan peradaban ini dibangun ?sudah sampai marhalah manakah visi peradaban umat manusia inidibangun ?dan pahlawan manakah yang siap menghadirkan pendidikan guna melanjutkan rekayasa peradaban ini ?

Seluruh tangisan manusia yang terlahir di dunia ini merupakan kode intrinsik betapa lemah nya kita sang manusia.Adanya anugrah sebuah “Potensi” Akhlaq dan Akal yang dititipkan oleh Yang Maha Kuasa seakan memberi harapan baru bagi kelangsungan sejarah kemanusiaan, tersadari atau tidak hadirnya potensi manusia ini adalah bagian dari tanggung jawab hadirnya kita di Dunia sebagai pemimpin peradaban dan guru bagi seluruh alam, namun apakah anda, saya dan seluruh manusia alam raya ini menyadarinya ?

Terarahkannya setiap pemikiran - pemikiran liar adalah hak mutlak terbentuknya sebuah keselarasan, bahwa Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan Akhlaq budi pekerti, Akal intelektual, dan jasmani sehingga pembentukan karakter pribadi ini akan berupaya secara sistematis untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat hidup bermasyarakat secara kooperatif dengan setiap keunikan potensi antar manusia.

Ketuhanan yang Maha Esa, sebuah sila pembuka yang mengajarkan kita untuk hidup dalam pedoman agama yang kita yakini, sejatinya Pancasila ini merupakan dasar pembangunan pendidikan, hingga termaktub dalam Tujuan Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani agar menjadi manusia – manusia pembangunan (GBHN’88).

Kenyataan Pahit,

Dilansir dari sebuah media survei terkait tindak kriminalitas di tahun 2012, antara lain:

1. Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sebanyak 50 – 60%dilakukan oleh remaja

2. Tindak Asusila, sebanyak 64% remaja menonton video porno, 39% diantaranya sudah berhubungan seks diluar nikah, bahkan 90% video porno diperankan oleh remaja, lalu terdapat 500ribu kasus aborsi oleh remaja, bahkan sekitar 150.000 remaja menjadi pelacur.

3. Kekerasan remaja, 339 kasus tawuran pelajar sudah menelan korban jiwa sebanyak 82 remaja, geng motor pun sudah menewaskan 60 orang dengan adanya ajang perjudian pula disetiap balap liar yang bernilai jutaan rupiah.

Pengaruh Sistem Pendidikan “ ? “

Mendidik anak itulah mendidik bangsa, keadaan dalam hidup dan penghidupan kita pada zaman sekarang itulah buah dari pendidikan yang sudah kita terima (Dewantara), bisa dibilang pendidikan akan mempengaruhi segala bentuk atau unsur dari perubahan sosial, betapa kurangnya nilai – nilai keluhuran yang dibina dalam pendidikan saat ini, dengan skema keilmuan yang didominasi nilai kognitif terasa begitu kental, banyaknya mengacu pada pandangan ilmu orang – orang barat juga dirasa mulai mengkhawatirkan dimana kita begitu terpesona dengan kebebasan yang mereka anut seakan menuhankan akal pikirannya,

Kehidupan seperti ini akan melepaskan dimensi spiritual menuju dimensi materialistik hingga pada akhirnya dimensi spiritual ini akan lenyap dari jiwa setiap insan manusia, Ini hanya bentuk argumen saya untuk mengkritik konsepsi pendidikan formal yang ada di Indonesia saat ini, mengapa kita tidak menghargai sejarah agung bangsa ini, yang jelas-jelas kita memiliki konsepsi sendiri yang jauh lebih baik dibandingkan pandangan skema pendidikan lainnya.

Seperti Seharusnya !

Krisis sosial dan kehilangan nilai dalam kehidupan bermasyarakat ini sudah begitu genting, jika menilik setiap latar belakang yang ada ingin rasanya melemparkan kekayaan intelektualitas ini untuk berkaca pada nilai – nilai Agama yang esensinya sebagai fungsi kontrol setiap individu dan kehidupan bermasyarakat, Pahamilah! bahwa Agama bukan sekedar fenomena sosial, melainkan sebagai daya dorong kehidupan yang sumber nilai ini bukan muncul dari getaran hati nurani manusia, namun sebuah perwujudan kehendak Tuhan yang dijabarkan dalam bentuk petunjuk dan bimbingan untuk kehidupan manusia di alam nyata ini dan di alam metafisis nantinya.

Garis – Garis Besar Haluan Negara telah menetapkan bahwa manusia Indonesia harus dibangun menjadi manusia yang berkualitas tinggi melalui berbagai bidang pembangunan yang salah satu sektornya adalah pendidikan dan indikator pertama manusia berkualitas ialah adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, garis besar haluan ini seharunya menjadi titik tolak acuan dalam pendidikan nasional yaitu dengan merekayasa kurikulum yang dapat mengintegrasikan unsur keimanan dan ketakwaan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menjiwai nilai – nilai luhur pekerti keagamaan dalam pribadi pada setiap jenjang pendidikannya.

Sebuah integrasi komprehensif antara pendidikan agama dan pendidikan umum amat penting untuk diimplementasikan guna melawan liberalisasi dan sekularitas pendidikan, konsep ini akan memaknai pengetahuan secara bijaksana namun progresif untuk melahirkan cipta karya bermanfaat bagi dunia dan kehidupan umat manusia, dan hal esensial yang amat penting ialah pemahaman orientasi ketuhanan dalam pendidikan, karena dengan hal ini akan menghadirkan aspek ketuhanan dan keimanan yang mendasar sehingga akan menumbuhkan sikap positif untuk kehidupan pribadi, masyarakat dan bernegara.

Strategi ini juga menuntut adanya kesiapan tenaga pendidik untuk turut serta dalam implementasi nilai – nilai keagamaan dalam setiap pembelajaran, hal ini juga akan membentuk karakter keteladanan sosok guru yang saat ini sudah mulai luntur dikarenakan banyaknya guru yang memposisikan dirinya sebagai sumber ilmu bukan sebagai sosok idola yang mengedepankan keteladanan.

Menjadi sebuah pekerjaan besar yang sulit untuk bisa menerapkan sebuah sistem dan metode yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta teknologi modern saat ini, namun ingin sekali lagi mengingatkan bahwa hadirnya kita disini sebagai guru dan pemimpin bagi seluruh alam yang juga dibekali potensi anugrah kemanusiaan luar biasa, tentunya wajib untuk kita optimis dalam memandang masa depan pendidikan nasional.

Sejarah telah mencatat bahwa pendidikan berasaskan agama di bumi pertiwi ini telah banyak mencetak tokoh kaum intelektual bahkan pemimpin bangsa, sehingga kehadirannya dapat bermanfaat dan dirasakan secara masif hingga mampu menghadirkan kemajuan pada masyarakat dan bangsa Indonesia, oleh karena itu mari kita menyambung kembali sejarah peradaban itu dengan menokohkan diri ataupun mencetak kembali tokoh peradaban bangsa.

Mendidik Menata Peradaban !

Hidup MAHASISWA !

Hidup Pendidikan INDONESIA !

pustaka_

Arifin, Muzayyin, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (PT Bumi Askara: Jakarta)

Djojonegoro, Wardiman, 1996,Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia,(Depdikbud: Jakarta)

Tauchid,dkk, 1961, Karya Dewantara bagian Pendidikan, (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa: Yogyakarta)

Irvandi Faisal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline