Lihat ke Halaman Asli

Hoax Sharing

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin saya membaca berita tentang YS, Penyebar Foto Korban Sukhoi Diperiksa Mabes Polri di media on-line. Cukup menarik karena ternyata sang tersangka secara sadar menyerahkan diri ke Kepolisian. Walaupun dia memang bersalah, namun saya menghargai kesadarannya untuk mengakui kesalahan.

Seharusnya perbuatannya tidak membuat heboh bila kita semua cukup bijak dalam mensikapi informasi yang kita terima. Informasi begitu mudahnya menyebar. Hanya dengan mem-“forward” sebuah email, menge-”share”sebuah tautan berita atau “copy-paste” BBM, sebuah berita bisa langsung dibaca banyak orang. Sayang sekali banyak di antara kita yang tidak meluangkan sedikit waktu untuk mengecek kebenaran informasi tersebut maupun mempertimbangkan dampaknya saat menyebarluakan berita yang kita terima. Tak mau kalah dengan televisi yang berupaya menyiarkan berita saat kejadian, kita pun buru-buru menyebarkan berita yang masuk.

Saat menerima foto “yang katanya” korban kecelakaan pesawat Sukhoi tersebut, banyak orangyang gatal untuk segera memencet tombol “share” agar semakin banyak orang yang melihatnya. Entah apa manfaatnya berbagi foto tersebut. Bilapun ada manfaatnya, pernahkah terpikir oleh mereka dampak memasang foto tersebut di media public bila terlihat oleh keluarga korban?

Pada saat kota Padang mengalami gempa, saya menerima pesan yang sudah diteruskan berkali-kali melalui BBM yang “ngaku-ngaku” dikutip dari BMKG. Pesan tersebut memberi “bocoran” bahwa tanggal sekian akan ada gempa yang lebih besar dan berpotensi tsunami, untuk itu pembaca yang peduli pada keluarganya diharapkan meneruskan pesan tersebut.

Orang yang meneruskan pesan tersebut cukup berpendidikan dan saya yakin pernah mendengar atau membaca bahwa sampai saat ini para ahli masih belum bisa memprediksi kapan terjadinya gempa. Namun saat membaca berita tersebut, kepanikan dan kegatalan untuk menyebarkan informasi mengalahkan akal sehat mereka.

Dengan dalih “tak ada salah berhati-hati, siapa tahu beritanya benar”, berita tersebut pun mereka sebarluaskan tanpa mengecek kebenarannya. Siapa bilang tidak ada salahnya? Menyebarkan hoax seperti itu berarti ikut membodohi masyarakat dan berdampak pada kepanikan masyarakat. Padahal kalau mau sedikit usaha, tidak sulit untuk mengakses berita dari BMKG karena mereka punya website dan twitter yang cukup ‘up to date” dalam memberikan informasi tentang gempa maupun keadaan cuaca.

Jadi, luangkan lah sedikit waktu anda untuk memeriksa kebenaran suatu berita sebelum meneruskannya kepada orang lain, serta bijaklah dalam memikirkan dampak penyebaran berita tersebut. Pikirkanlah bahwa mungkin akan ada orang yang dirugikan karena hoax yang anda teruskan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline