Gelapnya Malam
Malam itu, langit mendung kelabu seakan meratapi duka. Angin berdesir dingin menerobos celah-celah jendela, membawa serta hawa mistis yang menusuk tulang. Di sebuah rumah tua yang terpencil, seorang gadis bernama Anya tengah terjaga. Kegelapan di luar jendela bagaikan monster raksasa yang siap menerkam.
Anya berusaha mengusir rasa takutnya dengan menyalakan lilin. Cahayanya yang remang-remang hanya cukup menerangi sebagian kecil kamarnya. Bayangan aneh berkelap-kelip di dinding, seolah-olah ada sosok yang mengintai dari balik kegelapan.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki pelan menuruni tangga. Anya membeku, jantungnya berdebar kencang. Suara itu semakin mendekat, berhenti tepat di depan pintu kamarnya. Heningan menyelimuti, hanya suara napas Anya yang terdengar memburu.
Dengan keberanian yang tersisa, Anya berteriak, "Siapa di sana?" Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang mencekam.
Pintu kamarnya perlahan terbuka. Seberkas cahaya rembulan menembus celah pintu, memperlihatkan sosok tinggi besar yang berdiri di ambang pintu. Sosok itu mengenakan jubah hitam panjang yang menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya tersembunyi dalam bayangan, namun Anya bisa merasakan tatapan tajam yang menusuk jiwanya.
Anya ingin berteriak lagi, namun suaranya tercekat di tenggorokan. Kaki-kaki terasa lemas, tidak dapat digerakkan. Sosok itu perlahan mendekat, tangannya terulur meraih Anya.
Dalam ketakutan yang amat sangat, Anya memejamkan mata. Saat ia membuka matanya kembali, sosok itu sudah menghilang. Hanya kegelapan yang menyelimuti kamarnya. Anya berusaha bangkit dari tempat tidur, namun tubuhnya terasa sangat lemah.
Ketika ia mencoba untuk berteriak meminta tolong, suaranya hanya keluar sebagai bisikan lemah. Anya merasa seperti sedang tenggelam dalam mimpi buruk yang tak berujung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H