Lihat ke Halaman Asli

Dian S. Hendroyono

TERVERIFIKASI

Life is a turning wheel

Bangsawan yang Susah Bangun Pagi

Diperbarui: 31 Januari 2023   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak masalah menjadi night owl atau early bird, yang penting cukup tidur. (Sumber: Bruce Mars/Unsplash)

Kata bangsawan, di benak saya, tidak melulu tentang priyayi, orang yang punya gelar kerajaan, atau sejenisnya. Untuk saya, bangsawan punya satu arti lain.

Adalah bos saya ketika saya masih bekerja di Tabloid BOLA. Namanya (almarhum) Sumohadi Marsis. Ketika awal bekerja, saya masih setia datang pagi hari dan pulang tidak terlalu malam. Pokoknya, kehidupan sebagai wartawan ketika itu belum mengubah kebiasaan bangun pagi.

Lama kelamaan, saya harus terlibat deadline yang dilakukan pada dini hari. Untung saja, Tabloid BOLA ketika itu masih terbit satu kali per pekan, jadi deadline dini hari juga hanya satu kali.

Namun, itu sudah cukup untuk mengubah rutinitas saya. Saya jadi terbiasa untuk bangun siang, berangkat ke kantor tak kena macet. Pulang nyaris tengah malam. Tidak ada macet juga

Sampai suatu ketika, kami semua diminta datang pagi untuk rapat. Pukul 9 pagi! Semua lantas berpikir akan bangun pukul berapa? Sudah pasti, kita semua harus berangkat pagi dan itu berarti macet habis!

Pak Sumo, demikian saya memanggilnya, hanya tertawa ketika melihat tampang kuyu kami di ruang rapat. Seharusnya masih tidur, tapi sudah harus rapat.

"Kalian ini. Bangsawan semuanya," kata Pak Sumo ketika itu.

Kami semua heran. Apa pula maksudnya?

"Bangsa tangi awan," lanjut Pak Sumo.

Karena diucapkan dalam bahasa Jawa, maka bunyinya adalah bongso tangi awan, alias orang-orang yang biasa bangun siang. Oalah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline