Bukan Anies Baswedan yang saya maksud dengan Gubernur DKI Jakarta di sini, melainkan pendahulunya, Sutiyoso.
Menjadi gubernur dalam 2 periode, 1997-2002 dan 2002-2007, Gubernur Sutiyoso mengundang para veteran Indonesia dan keluarga pahlawan, yang berdomisili di DKI Jakarta, untuk sebuah acara temu kangen, kalau saya tak salah ingat namanya. Acara itu digelar setiap Agustus, jelang atau setelah 17 Agustus.
Pertama kali mendapat undangan itu, pada awal 2000-an, kami terheran-heran.
Suatu hari datang seorang laki-laki datang membawa amplop bujur sangkar berwarna off-white dan sedikit bingkisan. Kami diundang sebagai kerabat dari Jenderal Urip Sumoharjo.
Yang jadi pertanyaan, mereka tahu dari mana, ya?
Terus terang, kami tak pernah gembar-gembor soal fakta itu. Apalagi sampai menginformasikannya secara formal.
Bukan apa-apa, soalnya keluarga kami, terutama almarhum bapak saya, bukan keturunan langsung dari Jenderal Urip.
Bapak saya adalah keponakan Jenderal Urip, dari pihak ibu, atau eyang mami saya. Jadi, ibunda bapak adalah adik dari Jenderal Urip.
Bapak adalah anak terkecil dari lima bersaudara. Padahal, ada juga sepupu saya yang tinggal di Jakarta, putra kakak bapak saya.
Ya sudah, rezeki tak boleh ditolak, kan ya? Jadilah saya mengantar almarhum bapak dan mama ke gedung tempat pertemuan.