Africa Cup of Nations 2021 (AFCON 2021), atau Coupe d'Afrique des Nations atau CAN 2021, dimulai pada 9 Januari dan akan berakhir pada 6 Februari 2022 di Kamerun. Jumlah peserta adalah 24 negara yang dibagi dalam enam grup. AFCON edisi ke-33 itu akan digelar di enam stadion yang terletak di lima kota.
Ada yang sedikit berbeda dari AFCON 2021, namun penting. Dari 24 peserta, 15 negara di antaranya dilatih oleh pelatih lokal, sisanya oleh pelatih Eropa. Padahal, sekitar satu dekade lalu, para pelatih Eropa masih menguasai Afrika.
Banyak pelatih Eropa yang beken di Afrika, di antaranya pelatih asal Prancis, Claude Le Roy, yang dijuluki The White Wizard alias Penyihir Putih. Lalu pelatih asal Jerman, Winfried Schaefer, serta lumayan baru, Herve Renard, pelatih Prancis yang memenangi AFCON bersama Zambia dan Pantai Gading.
Renard sekarang melatih tim nasional Arab Saudi. Le Roy mundur sebagai pelatih Togo setelah gagal lolos ke AFCON 2021. Schaefer kini melatih klub Qatar, Al Khor.
Lalu, bagaimana dengan pelatih lokal saat itu? Menurut artikel keluaran Deutsche Welle Online, pelatih lokal hanya bertindak selaku ad interim, atau digantikan oleh pelatih asing ketika turnamen besar akan bergulir.
"Ketika itu, kami tak berdaya dan jelas sakit hati. Dibandingkan ketiga pelatih asing tersebut, kami sama sekali tak ada apa-apanya. Kami tak pernah mendapat dukungan," kata pelatih Mali, Mohamed Magassouba.
"Pelatih asing memenangi lebih banyak kompetisi. Selain itu, mereka juga selalu mendapat dukungan finansial, sehingga kerja mereka menjadi lebih mudah," lanjut Magassouba yang ditunjuk menjadi pelatih Mali sejak 2017.
Mengapa demikian? Kalau menurut jurnalis Mali, Bakary Cisse, pelatih lokal itu jarang dipercaya, bahkan oleh negaranya sendiri, karena cara kerjanya.
"Meski memiliki keahlian dan kualifikasi yang sama dengan orang-orang Eropa, pelatih lokal kurang ambisius. Mereka tidak memanfaatkan kesempatan ketika dipercaya untuk melatih," kata Cisse.