Mestinya banyak yang masih ingat bagaimana playmaker tim nasional Denmark, Christian Eriksen, yang kolaps saat ia dan rekan-rekannya menghadapi Finlandia pada laga Euro 2020, 12 Juni lalu, di Kopenhagen. Adalah kapten Denmark, Simon Kjaer, yang memastikan bahwa Eriksen tidak menggigit lidahnya.
Kjaer juga memastikan jalan napas Eriksen, yang sudah tidak sadar, tidak terhalang. Kjaer lalu meminta tim medis untuk segera tiba di lapangan. Lumayan jauh perjalanan tim medis, karena Eriksen kolaps di sisi berlawanan dari area teknik.
Setelah Eriksen berada di tangan tim medis, Kjaer mengatur agar rekan-rekannya membuat barikade untuk melindungi Eriksen dari tatapan penonton, baik yang hadir langsung di stadion atau mereka yang nonton melalui pesawat televisi.
Belum cukup melakukan semuanya, Kjaer juga lantas menghibur istri Eriksen, Sabrina, di tepi lapangan. Semua dilakukan Kjaer dengan cepat, seperti insting.
Semua itu membuat Kjaer diganjar UEFA's President Award, yang diterimanya pada 27 Agustus 2021, sejenak sebelum UEFA melakukan undian fase grup Liga Champion musim 2021-22.
Selain Kjaer, tim medis timnas Denmark dan tim medis UEFA yang ikut menangani Eriksen juga menerima penghargaan serupa.
"Saya sangat respek pada Kjaer dan para anggota tim medis. Mereka menunjukkan bahwa hidup manusia adalah hal yang paling penting dibanding apapun," kata presiden UEFA, Aleksander Ceferin, seperti dikutip dari situs resmi UEFA.
Aksi Kjaer itu kemudian sekali lagi muncul ke permukaan, ketika salah satu presenter penghargaan Ballon d'Or, Didier Drogba, menyinggung tentang peran Kjaer.
"Kjaer adalah seorang pahlawan. Apa yang dilakukannya lebih penting ketimbang sepak bola. Ia menyelamatkan rekan setimnya, Christian Eriksen. Tidak semua pahlawan memakai jubah," demikian kata Drogba, yang dikatakannya di Istanbul pada penghargaan Ballon d'Or, 29 November 2021.